Senin, 23 Maret 2015

Take Me to Church


My lover's got humour
She's the giggle at a funeral
Knows everybody's disapproval
I should've worshipped her sooner

If the Heavens ever did speak
She is the last true mouthpiece
Every Sunday's getting more bleak
A fresh poison each week

'We were born sick,' you heard them say it
My church offers no absolutes
She tells me 'worship in the bedroom'
The only heaven I'll be sent to
Is when I'm alone with you

I was born sick, but I love it
Command me to be well
Amen. Amen. Amen


Take me to church
I'll worship like a dog at the shrine of your lies
I'll tell you my sins and you can sharpen your knife
Offer me that deathless death
Good God, let me give you my life


Take me to church
I'll worship like a dog at the shrine of your lies
I'll tell you my sins and you can sharpen your knife
Offer me that deathless death
Good God, let me give you my life


If I'm a pagan of the good times
My lover's the sunlight
To keep the Goddess on my side
She demands a sacrifice

To drain the whole sea
Get something shiny
Something meaty for the main course
That's a fine looking high horse
What you got in the stable?

We've a lot of starving faithful
That looks tasty
That looks plenty
This is hungry work


Take me to church
I'll worship like a dog at the shrine of your lies
I'll tell you my sins and you can sharpen your knife
Offer me that deathless death
Good God, let me give you my life


Take me to church
I'll worship like a dog at the shrine of your lies
I'll tell you my sins and you can sharpen your knife
Offer me that deathless death
Good God, let me give you my life


No masters or kings when the ritual begins
There is no sweeter innocence than our gentle sin
In the madness and soil of that sad earthly scene
Only then I am human
Only then I am clean
Amen. Amen. Amen


Take me to church
I'll worship like a dog at the shrine of your lies
I'll tell you my sins and you can sharpen your knife
Offer me that deathless death
Good God, let me give you my life


Take me to church
I'll worship like a dog at the shrine of your lies
I'll tell you my sins and you can sharpen your knife
Offer me that deathless death
Good God, let me give you my life



Sabtu, 07 Maret 2015

Lesbian-lesbian bersuami


Sebelumnya saya pernah menulis tentang Tuhan, Cinta dan Lesbian Bersuami dalam blog ini, dan sekarang sedikit melanjutkan pembicaraan tentang para lesbian yang bersuami ini.

Baru-baru ini rasanya gatal sekali tangan saya ingin menuliskan pesoalan ini, melihat fenomena bahwa para perempuan lesbian yang sudah menikah itu masih saja sibuk mencari pacar perempuan untuk dirinya di media sosial. Jika di tanya, tentu alasan mereka tidak berbeda jauh, hatinya tidak bisa dibohongi, ia tidak mencintai suaminya dan blab la blaa segudang alasan lainnya.

Kita sama-sama tentu tahu bagaimana para perempuan ini hebat sekali dalam mencari-cari alasan demi membenarkan apa yang menurutnya benar. Padahal, andai saja ia mau melihat dari sudut pandang yang lain ia seharusnya malu dengan apa yang ia lakukan.

Pernikahan itu bukan sebuah permainan, hanya menjadi alasan untuk menutupi kelesbianan atau pun sekedar untuk melarikan diri ketika merasa patah hati. Pernikahan itu jauh lebih agung dan perihal ini tentu tidak hanya sekedar tentang sang pengantin wanita saja. Pernikahan itu menggabungkan antara kedua belah pihak keluarga, si pria maupun wanita. Apakah mereka pernah berfikir tentang bagaimana perasaan orang lain jika melihat kelakuan mereka seperti itu?

Lesbian ini menikahi seorang laki-laki yang tentunya menurutnya adalah lelaki terbaik untuk di nikahi, entah itu maksudnya terbaik karena akan lebih mudah dibodohi ataupun memang sungguh terbaik untuk menjadi pemimpin dalam rumah tangga mereka, seharusnya. Bayangkan perasaan para lelaki baik itu, terlepas dari mereka tahu atau tidak dengan kelesbianan istri mereka tetap saja jika seorang istri masih saja sibuk mencari cinta ataupun kasih sayang dari luar artinya pernikahan mereka gagal. Ia telah menghianati penikahannya, menghianati sumpahnya kepada Allah, menghianati kedua belah pihak keluarga, terlebih menghianati suaminya.

Jika melayani suami merupakan kewajiban seorang istri, lantas bagaimana kewajiban si lesbian bersuami ini dalam melayani suaminya? Bayangkan, ketika sang suami mengajaknya berhubungan badan, menyentuhnya, merangsang seluruh tubuhnya agar berkontraksi memberikan layanan kepada suaminya. Omong kosong ketika ada seseorang mengatakan bahwa perempuan lesbian tidak bisa berhubungan seks dengan lelaki. Omong kosong, karena si perempuan hanya menjadi tempat untuk pelabuhan sperma dalam berhubungan intim, sebagai sarang. Mungkin jika lelaki gay bisa saja ia tidak berkontraksi maka tidak akan terjadi hubungan seks dengan si perempuan, namun jika hanya si perempuan yang lesbian, ini hanya perkara klise.
Bukan masalah si perempuan bisa menikmati seks dengan suaminya atau tidak. Tentu jika di tanya salah satu alasan mereka pasti ini, kecuali mereka biseksual. Namun jika mereka sudah tahu sejak awal bahwa mereka tidak bisa merasakan apapun dengan lelaki mengapa mereka mau menikah? Bukankah itu artinya dia juga ingin menyakiti si lelaki dengan keinginannya tersebut.

Benar memang terkadang ada juga para lesbian yag tidak memiliki pilihan lain selain menikah, ada banyak juga yang demikian. Jika memang itu hanya satu-satunya jalan yang bisa ia lakukan setidanya ia tidak perlu sibuk mencari kekasih lain hanya untuk memenuhi nafsunya. Toh jika tidak memeiliki pasangan lesbian juga tidak akan mati, ia harusnya mengingat bagaimana ia berjanji dalam pernikahannya.

Sakit rasanya melihat perempuan bersuami ini sibuk menebar pesonanya kepada para lesbian lain, sibuk berpacaran atau bermesraan di media sosial. Mereka tidak ingat ada suami yang mereka khianati di rumahnya, ada kelaurga yang ia dustakan. Apalagi jika sampai ia benar berhubungan dengan perempuan lain, mencuri-curi waktu dari suaminya, membagi kasih dengan perempuan lain. Tidak terpuaskan birahinya dengan suami mungkin, kemudian meniduri perempuan lain.

Saya juga memiliki beberapa teman-teman lesbian yang sudah menikah, yang tidak sibuk mencari kekasih lain selain suaminya, yang sudah memiliki anak bahkan beberapa anak, namun tetap berhubungan baik dengan suaminya, tetap menjadi istri sebagaimana mestinya. Justru saya salute dengan pengorbanan mereka, bagaimana mereka membunuh ego mereka, meniadakan ke akuan pada diri mereka sebab masih banyak hal yang harus ia lakukan yang tidak hanya seputar menuntut kebahagiaan untuk dirinya sendiri. Bukankah manusia itu bermakna ketika ia berguna bagi orang lain? Lantas mengapa kita hanya memikirkan diri sendiri, egoisme sempit yang tidak akan membawa kita kemana-mana.

Mengapa mereka tidak mencoba menikmati pernikahan mereka, mencoba menyibukkan diri dengan mempunyai anak mungkin atau mengurus rumah tangganya dengan baik. Rasanya pasti akan banyak kerjaan di rumah yang butuh perhatian ketika sudah menikah, memasak, membersihkan rumah, bertetangga atau apa saja selain sibuk mencari kasih sayang di luar rumah.

Entahlah sejauh apa hubungan yang ingin mereka jalani, apakah akhirnya setelah ia mencoba-coba menikah maka ia merasa tidak cocok sebab tidak bisa mencintai suaminya maka ia akan bercerai, ataukah ia tetap menikah namun tetap juga berhubungan dengan kekasih lesbiannya.

Saya tidak akan menyalahkan siapa-siapa, sebab jika seseorang sudah menikah artinya mereka seharusnya sudah memiliki pikiran yang matang dan tentu sudah dewasa. Artinya tentu memiliki pikiran yang waras dan akan memiliki seribu alasan untuk membenarkan pendapatnya.

Dan saya bukan hanya melihat fenomena yang terjadi kemudian menuliskan apa yang terpikirkan di kepala saya, karena pasti masih banyak sebab-sebab lain yang saya tidak paham sebab bukan saya yang mengalami kejadian langsung seperti para lesbian bersuami ini. Saya hanya penonton yang mengkritisi ataupun menanggapi sebuah realita yang ada.

Lullaby, Delapan Tiga Limabelas.


Selasa, 03 Maret 2015

Ksatria dan Ezra Sang Malaikat

Ksatria mengganti wujudnya ketika ia telah sampai pada tingkat petapa tertinggi. Ia diangkat sebagai malaikat, salah satu utusan Tuhan bagi penghuni bumi dan seluruh alam semesta.

Ksatria tak lagi sosok yang sama, yang selalu berbagi sapa dan tawa dengan Perikecil. Ia menjadi asing, berteman dengan makhluk asing serta sibuk diam-diam berhubungan dengan orang asing. Ia menjadi sosok baru, namun entah apa yang ia maksudkan dengan sosok baru tersebut Perikecil tidak tahu pasti.

Perikecillah sebenarnya yang membantu ia menjadi sosok baru tersebut, saat Ksatria berkeluh kesah tentang hidupnya Perikecil pun mencarikan cara agar Ksatria bisa turut menjadi sosok yang lebih hebat. Ia menganjurkan Ksatria untuk menjadi petapa bertahun-tahun kemudian ketika sosoknya telah sampai kepada tingkat di mana kehidupan dunia tak lagi menjadi bagian dari pikirannya, maka kirannya Tuhan akan mengambilnya dan menggantinya dengan sosok baru.

Sosok baru itu bernama Ezra, yah....
Kisah Ezra yang terkenal dalam dongeng-dongeng yang selalu Perikecil ceritakan di hutan hujan. Ia menjelma dari sosok Ksatria.

Lantas apa yang akan terjadi ketika sosok lama ada pada tubuh yang baru, apakah hati Ksatria masih sama seperti dulu atau ia telah mengoyaknya dan menggantinya dengan yang baru?

Entahlah...

jaket lusuh

hari ini aku membuka lemari pakaianku menyusun ulang beberapa helai ingatan dan membersihkan debu dari kenangan. aku melihat jaket sag...