Jumat, 15 Mei 2015

Kelinci dan Beruang

Ada sebuah cerita tentang persahabatan.

Dahulu kala, hiduplah seekor kelinci periang di sebuah hutan yang cukup indah, dia biasa bermain di tepian air terjun, memandang kupu-kupu menari-nari di kelopak bunga di tepi jurang. Kelinci suka berteman, ia punya banyak teman sesama kelinci di hutan, ia juga punya teman segerombolan singa, ular dan teman lainnya.

Suatu hari ia tiba-tiba bertemu dengan seekor beruang madu. Kelinci takjub dengan kegagahan sang beruang. Bulu-bulu di tubuhnya yang lebat, juga tubuhnya yang terlihat gagah. Kelinci perlahan mendekat, ia tidak tahu bagaimana caranya berteman dengan beruang. Selama ini ia hanya mengenal singa, ular dan kelinci lain sepertinya. Menemukan beruang merupakan hal baru baginya. Kelinci bahagia bukan kepalang, ia memang suka berteman apalagi jika melihat beruang, ia kagum.

Perlahan kelinci dan beruang mulai akrab, biarpun awalnya beruang sangat canggung dengan kelinci yang senang berlarian, tertawa riang. Beruang juga berusaha selalu tertawa bersama beruang. Hingga pada suatu hari beruang menemukan sekelompok beruang lain. Ia mendekati mereka, para beruang lain juga senang berkumpul dengannya, sebab mereka sudah lama tak bertemu dengan sesama beruang lain.

Kelinci yang biasa berteman dengan beruang merasa kehilangan, sebab beruang tak lagi sering bermain dengannya. Kelinci lebih sering menghabiskan waktu bersama kupu-kupu dan yang lainnya di tepi jurang. Sedangkan beruang sibuk mencari madu di hutan bergerombol dengan beruang lain. Kelinci sering bertanya pada beruang, "bolehkan aku sesekali ikut denganmu wahai beruang? aku tidak akan merepotkanmu, aku bisa berjalan cepat mengikuti langkah kalian di hutan sana".
"Tidak mungkin, apa kata beruang lain jika aku mengajakmu, mereka akan heran denganku, akan menanyakan banyak hal. Mengapa aku bisa bertemu dan berteman denganmu, sedangkan aku malas untuk bercerita tentangmu", jawab beruang.

Kelinci hanya bisa memandang beruang dari balik pepohonan jika beruang ingin pergi mencari madu hutan, ia tahu tubuhnya memang kecil. Tidak sebesar beruang, juga tidak memiliki cakar yang tajam seperti mereka. Tetapi selama ini ia berteman dengan singa, dan ular juga mereka tak pernah menolak jika kelinci ingin bermain bersama.

Hati kelinci perih, beruang yang selama ini ia anggap sahabat baiknya ternyata tidak ingin mengakuinya sebagai teman dengan sesama beruang. Kelinci pun akhirnya hanya bisa pasrah. Ia tahu, tidak terlalu penting memang berteman dengan sekumpulan beruang lain namun yang ia ingin hanya bisa terus bermain bersama beruang. Sayang, beruang hanyalah beruang tak ada beda dengan beruang lainnya yang hanya akan bermain dengan kelompoknya.

The End

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

jaket lusuh

hari ini aku membuka lemari pakaianku menyusun ulang beberapa helai ingatan dan membersihkan debu dari kenangan. aku melihat jaket sag...