Senin, 12 Februari 2018

cinta yang terlampau tua

saya membayangkan menjadi tua kelak akan ditemani barang-barang yang juga tua. saya ingin membangun sebuah rumah panggung di desa, di sebelah rumah Ayah dan Ibu, kata kaka saya yang pertama kalau saya tidak menemukan jodoh saya atau tidak mau menikah hingga tua, biar saya dekat dengan keluarga, kalau tidak dekat dengannya saya harus dekat dengan kaka saya yang nomor dua yaitu di rumah Ayah dan Ibu di kampung halaman saya. 

sejak beranjak dewasa saya mulai menyukai barang-barang klasik tidak terlalu mewah dan mahal memang tapi saya suka mengkoleksinya, memandangnya seolah saya telah membeli sejarah atau mengambil sebuah kenangan di sana. sepeeti Vespa, kalau sekarang saya hanya membeli kemudian menjualnya lagi suatu hari jika sudah menetap dan memiliki rumah sendiri saya pasti menyimpannya di rumah dan tidak akan menjualnya lagi. 

perkara menetap satu dua tahun ini saya harus memutuskan harus membeli rumah di kota Medan atau di kota lain, tapi untuk memiliki rumah panggung di desa itu sebuah mimpi panjang, jika uang berlebih setelah memiliki rumah di dekat tempat kerja saya akan membangunnya nanti. perlahan. rasanya kelak saat saya lelah dengan kehidupan di kota dan pensiun saya hanya ingin rumah panggung kecil dan bersih, dipenuhi tumpukan buku, Vespa tua, mesin tik, dan tumpukan daftar yang satu per satu saya susun di kepala belakangan ini. 

setelah mesin tik, terget berikutnya kamera, saya akan mulai berburu kamera jadul. menabung perlahan untuk hal-hal yang hanya bisa dicintai diri sendiri mungkin, saya hanya menyukainya, tak perlu lah banyak alasan untuk menjelaskannya. mungkin semacam jatuh cinta saja.


jaket lusuh

hari ini aku membuka lemari pakaianku menyusun ulang beberapa helai ingatan dan membersihkan debu dari kenangan. aku melihat jaket sag...