Selasa, 05 Februari 2019

pudar



kapan terakhir kali kau mengingat aku, sejak langit memerah lalu memudar, tidak juga kudengar kabar. semua menjadi ganjil. rasa yang merekah akhirnya mengalah. lain kali, pastikan semua baik-baik saja, sebelum kau pergi entah ke mana.


pertama di 2019

semalam saya menemui seorang teman, dia bercerita segala hal. sesekali ia bertanya perihal hidup saya belakangan ini. saya katakan di umur saya yang sekarang masalah saya tidak hanya mengakibatkan setres bahkan sampai pada depresi. kalau masalah yang muncul karena ulah saya tidak mengapa, saya selalu bisa menyelesaikannya selama ini. ini perihal kesalahan orang lain, yang berdampak pada diri kita. 
jantung kecil dan lemah saya ini harus dikuat-kuatkan untuk menghadapi semuanya. biar pun beberapa hal butuh waktu untuk menyelesaikannya terkadang ketidaksabaran saya juga membuat tidak bisa tidur nyenyak apalagi makan enak. 
ada sebuah cerita perihal keponakan saya, saya ceritakan semua masalah yang sedang saya hadapi juga soal sahabat yang menikam bertubi-tubi dari belakang. saya kira jika dari depan saya siap menghadapinya, namun ia memilih jalur belakang untuk menikam saya. setelah itu saya putuskan untuk tidak lagi mengenalnya. saya anggap ia sudah mati. bahkan melayatnya pun saya tidak akan sudi.
beberapa masalah saya putuskan untuk hadapi, terutama masalah keluarga. saya putuskan pulang berkali-kali untuk membantu menyelesaikan. ternyata belum juga bisa selesai. berlarut-larut dan semakin melebar ke mana-mana, sebab ternyata melibatkan banyak orang, sedang orang yang paling saya sayang yaitu keponakan saya ada di rumah itu. yang selalu menjadi pikiran saya adalah keponakan ini. saya takut dia tumbuh tidak bahagia, atau tumbuh entahlah, berandai-andai saja saya tidak sanggup. keadaan membuat saya hanya bisa memantaunya dari kejauhan. saya mencintainya lebih dari apa pun di dunia ini. lebih dari apa pun. tugas menjaganya pun saya serahkan pada Tuhan, biar saya berdoa siang malam untuknya. 
lalu beberapa masalah lain muncul, satu persatu menampakan wujudnya. belum selesai satu, yang lain sudah bermunculan. rasanya bibir saya lupa tertawa, kepala saya tidak berhenti menanggung beban, sedang jantung saya semakin sering kesemutan.
beban ini begitu menyiksa rasanya. tahun-tahun sebelum ini tidak pernah saya dihadapkan dengan kehidupan yang serumit ini. namun memasuki 30an semakin menjadi-jadi. saya butuh distraksi dari semua ini.

jaket lusuh

hari ini aku membuka lemari pakaianku menyusun ulang beberapa helai ingatan dan membersihkan debu dari kenangan. aku melihat jaket sag...