di sebuah kehidupan di masa lalu, hiduplah seorang wanita, umurnya sekitar 30an awal, mimpinya sebagian sudah ia penuhi dengan kerja keras pun dengan beberapa keberuntungan yang kebetulan singgah dan memberinya kesempatan. ia tumbuh dengan hati yang meriah dan berwarna pelangi. ia membiarkan dirinya mencicip semua rasa di dunia, pikirnya hidup harus dirayakan sebisa mungkin, biar pun kepedihan yang dihadapi, semua layak mendapatkan perayaan yang sepadan.
hidup terus berjalan, kekecewaan timbul tenggelam. beberapa mimpi kandas di jalan, namun ia terus mengingat semua orang yang ia sayang hingga ia terus bangkit dan berjuang.
suatu hari ia menemukan seseorang, ia tidak pernah mengenal perasaan apa yang hadir saat ia menatap kedua bola mata sosok itu, rasa itu asing, selepas pandangan pertama ternyata hatinya tertinggal di kedua bola mata orang itu.
hari-hari berikutnya tak pernah sama, semua warna yang pernah ia kenal padam. gelap. tak lagi pelangi. hidup hanya berupa kekecewaan-kekecewaan yang terpaksa harus ia hadapi berulang kali. tidurnya tak lagi lelap, terjaga dengan perasaan hampa.
seorang tabib berkata padanya kemungkinan ia terkena serangan sepi. penyakit langka yang tak pernah ia tahu sebelumnya, tidak pernah dibahas dalam literatur di tempatnya belajar. ia meraba kira-kira bagaimana penyakit ini bisa singgah dan mejalari seluruh tubuhnya, bahkan lihatlah, separuh lemak di tubuhnya hilang entah kemana, nafsu makannya menghilang, bahkan ia hampir kehilangan jiwa dan keinginan hidupnya.
ia mengingat-ingat asal muasal penyakit yang dideritanya, apakah menular dan ia tertular. namun jika tertular siapa yang menularkannya, sementara hidupnya hanya seputar hutan dan pasar. sehari-hari hanya bekerja untuk memenuhi kehidupannya dan menjual semuanya ke pasar untuk ditukar dengan makanan yang membuat dapurnya terus mengepul asap dan aroma lapar.
hari berganti bulan, bulan berganti tahun. penyakit kesepian ini ternyata menggerogoti jiwanya. ia banyak menangis, setiap ia terjaga atau pun saat tidak melakukan apa-apa, ia hanya menangis dan terus menangis.
selepas hari ia bertemu dengan seseorang di pasar bertahun-tahun lalu ternyata menjadi penyebab ia kehilangan kedua belah matanya. kesepian tidak menular, sungguh. ia berupa lubang hitam di mata seseorang yang dapat menghisap jiwa orang yang tertarik berlama-lama menatapnya. kesepian memiliki mantra penarik dan bisa mensegel jiwa seseorang di sana. kedua mata seseorang yang ia temui itu seperti sendang, maka di sanalah kesepian bersarang, di sana pula lah hatinya tertawan dan tak pernah kembali pulang.
Senin, 01 Maret 2021
perempuan buta
Langganan:
Postingan (Atom)
apa kabar?
tahun ini banyak sekali hal baik yang aku temui, selain hubungan percintaan yang sangat baik, keluarga, juga pekerjaan dan finansial. berkah...

-
Sebelumnya saya pernah menulis tentang Tuhan, Cinta dan Lesbian Bersuami dalam blog ini, dan sekarang sedikit melanjutkan pembicaraan tent...
-
tadi malam itu aku sama sekali gak ada kepikiran si kakak Guru ngaji zaman kuliah dulu, memang aku temenan sama beliau di fb tapi kayak nya ...
-
Lhoo bukannya lesbian? Kok bersuami? Emang bisa? Kenapa tidak. Menikah itu kewajiban dari Tuhan, berketurunan dan lain-lain. Tetapi cint...