Selasa, 17 Desember 2013

Bobby & Poppy


Pagi ini gara-gara si Bastian mengupload foto-foto kucing nya, saya jadi ikutan teringat dan sedikit mengorek memori tentang masa lalu tepatnya sekitaran saya ber umur 13an tahun. Waktu itu saya punya anak kucing adik kakak, warnanya mirip dengan kucing Bastian warna serabutan alias 3 warna dan mungkin lebih. Ada coklat, abu-abu dan sedikit agak orange, ah entahlah saya selalu tidak paham kalau harus mengurai warna.


Jadi anak kucing saya ada dua, namanya si Bobby dan Poppy. Yang satu jantan dan yang satu betina. Jelas kalau poppy adalah betina, sejak kecil poppy tinggal dirumah kami tapi jika siang ia akan menghabiskan waktu dirumah paman saya disebelah. Entah mengapa ia lebih betah disana, hanya jika malam saja ia kembali kerumah dan tidur dirumah. Ada unde *baca: Ibuk adik mamak* saya yang juga sayang dengan poppy, dia yang selalu memberi makannya jika poppy bertandang kesana.

Dan Bobby, ia kucing jantan kesayangan saya. Ia mengajarkan saya banyak hal. Bobby jantan tapi sangat manja dengan saya. Warnya sedikit lebih gelap ketimbang Poppy, mungkin kemaskulinannya juga yang membuatnya terlihat begitu. Bobby selalu tidur dengan saya ditempat tidur, biarpun posisi saya kalau tidur berubah-ubah tapi ia pasti selalu ikut disamping dimana saya tertidur. Setiap bangun pagi ia akan membangunkan saya, mulai dari menggesek-gesekkan kepalanya di badan saya hingga menjilat pipi atau hidung saya agar terbangun. Kalian mungkin berpikir ini berlebihan, tapi tidak, saya benar serius tentang Bobby. Bahkan Bobby tidak akan mau makan siang jika saya belum pulang sekolah, ia harus makan dari piring yang saya isikan makanan. Ia tidak akan mau menyentuh makanan yang dibuatkan Mamak atau Ayah saya. Kalau pun ia sudah terlalu lapar karena saya pulang terlalu lama, ia hanya akan memakan sedikit dan sudah, ia akan meninggalkan begitu saja makananya.

Semakin besar Bobby menunjukkan kecerdasannya yang luar biasa, tapi ada satu sisi yang membuat saya harus terpisah dari Bobby. Ia belang tiga. Persis seperti mitos yang sering dikatakan orang-orang dikampung saya, bahkan termasuk kedua orang tua saya yang sejak awal sudah menduganya. Mereka beberapa kali sudah mengatakan kepada saya sejak Bobby dan Poppy kecil, “mungkin sebaiknya jangan dipelihara karena nanti akan memakan anak ayam kita atau punya tetangga” kata Ayah. Tapi Mamak manalah tega melihat keakraban Bobby dan Poppy dengan saya, bahkan mereka menyaksikan sendiri betapa sibuknya saya bermain dengan kedua kucing kesayangan saya itu.

Sampai suatu hari, sepulang sekolah. Mamak memberi tahu Ayah bahwa anak ayam kami hilang dan ditemukan mati tapi ia tidak Smelihat apakah benar kucing saya yang melakukannya. Namun beberapa hari setelah itu mereka pun menyaksikan secara langsung, Bobby berlari sambil menggigit salah satu anak ayam kami. Ayah dan Mamak pun tak tega harus mengatakan pada saya bahwa Poppy dan Bobby harus dibuang. Sebenarnya Poppy tidak memakan anak ayam, hanya Bobbylah pelakunya. Tapi karena belang mereka yang mirip maka wajar jika orang tua saya khawatir, dan beruntungnya Poppy diselamatkan unde saya. Maka poppy tinggal dengan nya karena poppy juga lebih suka berada disana. Dan Bobby, saya harus mengurai airmata untuk menerima kenyataan bahwa Bobby, kucing pintar kesayangan saya adalah pemakan ayam.

Ayah tau pasti berat untuk saya menerima kenyataan, tapi mau bagaimana lagi. Ayah bilang, jika sekali saja kucing sudah memakan ayam maka ia akan ketagihan. Mungkin seperti kebanyak film Vampire yang saya tonton,  jika Vampire terkena darah maka mereka akan ketagihan dan haus, dan  mereka akan terus berburu. Begitu juga dengan Bobby. Mungkin karena sama-sama memiliki taring, jadi bisa saja mereka masih satu nenek moyang. Ini hanya pemikiran absurd saya.

Ayah sangat bijak sana, ia memberi saya waktu beberapa hari untuk bersama Bobby sebelum membuangnya. Dan Ayah, memaksa bahwa sayalah yang harus membuang Bobby. Saya sudah menolak sebenarnya karena saya pasti tidak tega, tapi setelah saya tumbuh semakin dewasa saya baru tau mengapa Ayah memaksa agar sayalah yang harus membuang binatang kesayangan saya sendiri. Ayah sedang mengajarkan saya hal besar, melepaskan sesuatu yang paling kita cintai, melepaskan dan merelakan bahkan untuk sesuatu yang paling saya sayangin.

Setelah dibuang saya masih berharap Bobby menemukan jalan pulang dan bisa kembali lagi kerumah, satu hari, tiga hari, satu minggu saya menunggu tapi Bobby tak kunjung muncul. Sepulang sekolah saya mencoba memutar jalan mencari Bobby di sekitaran tempat dimana saya membuangnya, namun saya benar-benar kehilangan jejak.

Bobby pergi, yah. Dan saya, semenjak kepergian Bobby saya sama sekali tidak pernah memelihara kucing seakrab saya dengan Bobby. Kalau pun ada kucing yang datang dan menjadi kucing peliharaan kami, maka saya tidak pernah lagi mengikatkan hati saya sedekat saya dengan Bobby. Bobby cinta pertama saya, ia memiliki ruangnya sendiri dan tidak mungkin tergantikan. Bahkan sampai sekarang.


THE END


3 komentar:

  1. Kucingnya mirip kucing saya :)

    BalasHapus
  2. Whuaahhh.. benarkah..?? tukang makan anak ayam jg kahhh..
    btw thanks udah mampir. salam kenal.

    BalasHapus
  3. Iya. tapi makannya ayam goreng, karena kucing sy gak suka makanan mentah. dulu waktu kucing sy masih kecil, dia suka ngejar-ngejar anak ayam tapi gak sampe dimakan soalnya dia keburu di serang sama induknya itu anak ayam. sekarang sih dia gak main-main sama anak ayam lagi, berhubung udah gede meskipun nggak segede macan, bahkan dia udah punya anak dan cucu.. :D
    Salam kenal balik :)

    BalasHapus

jaket lusuh

hari ini aku membuka lemari pakaianku menyusun ulang beberapa helai ingatan dan membersihkan debu dari kenangan. aku melihat jaket sag...