Kamis, 30 Mei 2013

Beautiful Note

Pergilah melihat dunia
Pergilah, Anakku..
Dengarkan gunung-gunung bergema memanggilmu, Nak..
Atau lautan bergelora mengundangmu
Maka berangkatlah..
Biarkan alas kakimu yang paling jauh hanya pergi
sekitaran rumah akhirnya menjejak ribuan mil
Biarkan debu perjalanan menempel di seluruh
pakaian Jangan cemas banyak hal
Jangan berpikir terlalu panjang hingga ragu datang
Lihatlah dunia terbentang..
Dengarkan nyanyian lembah-lembah hijau, Nak..
Atau padang stepa, padang sabana luas, hingga
debu padang pasir.. Atau menyentuh lembutnya pucuk salju dingin menyenangkan..
Jangan habiskan hidup hanya antara bangunan,
jalan setapak, kendaraan, itu-itu saja..
Jangan habiskan pagi, siang, sore, malam di
jendela yang sama, menghela nafas seolah lega..
Jangan habiskan hari dengan hanya bermimpi melihat dunia
Berangkatlah.. hidupmu lebih besar dibanding
sempitnya kerangkeng pemikiran dan pemahaman
Dengarkan genderang ramai kota-kota besar, Nak..
Atau desa-desa permai dengan penduduk selalu tersenyum walaupun mereka berbeda warna kulit Maka biarkan semua petualangan itu datang Jangan sedih jika malam-malam terasa lebih panjang Jangantakut kehabisan bekal
Jangan takut tidak pernah kembali Biarkan semua mengalir
Kau akan bertemu teman-teman baru
Berangkatlah, Nak..
Kau akan tumbuh layaknya seorang petualang
Tidak mengeluh saat hujan turun
Tidak cemas walau semua serba terlambat
Tidak panik meski semua berantakan
Tidak dikendalikan waktu apalagi oleh manusia lain
Kau akan tumbuh semakin kuat
Kau akan mengerti banyak hal..
Karena sungguh Nak..
Bapakmu tidak bisa menceritakan lebih baik
bagaimana rasanya sendirian duduk di sebuah
angkutan, sesak oleh penumpang dengan warna
kulit berbeda, duduk rapat, sempit saling menempel
bahu, suara kotek ayam, tumpukan karung sayur,
kardus-kardus, ramai suara mengobrol dengan
bahasa antah-berantah, lirikan anak-anak yang
ingin tahu.. Dan kau harus mendirikan sholat jama’ di atas
mobil itu karena dua waktu sholat hampir habis,
kendaraan tak kunjung berhenti.
Kau akan tahu persis sensasinya saat kau sendiri
mengalaminya Menjadi tontonan satu bus.
Dan itu akan memberikan pemahaman baru
Kau akan mengerti banyak hal..
Pergilah melihat dunia, Anakku
*Tere Liye, Repost*

Lesbian and Label *basi

Awal mengenal dunia lesbian yang beer-bener terjun, mendalami dan meriset *cieh bahasa saya* tu saya lakukan di dumay tentu saja. Mengetikkan kata lesbian di keyboard tu dulu rasanya dosa besar banget sampai gemetar, liat kanan kiri takut ada yang liat *maklum diwarnet deket kampus.
Mulai hari itu maka setiap hari saya menjelajahi internet untuk mencari tau, mempelajari apakah saya benar termasuk atau hanya sekedar perasaan sesaat sperti kata sahabat saya. Dari internet juga saya tau istilah label atau belakangan orang malah sudah menolak pelabelan tersebut. Buat saya sih sah-sah saja, berlabel atau tidak toh tetep lesbian. Hanya saja kalau dulu temenan sama anak facebook sering ditanya atau bertanya tentang label, sekarang saya lebih sering bertanya mereka lebih suka wanita yang seperti apa secara penampilan. Bagi saya pelabelan itu hanya sekedar lebih gampang dikenal saja, karena kan kalau didumay belum tentu semua orang mau sesekali menunjukkan foto aslinya. Yah sisanya kita hanya menebak-nebak dari foto artis atau animasi yang dipajang saja.
Awal kenalan dengan pacar saya dulu sih justru dia mengaku sebagai Andro, dan saya juga mengaku Andro. Setelah pacaran sekian lama smakin hari pacar saya semakin terlihat jauh lebih Maskulin. Saya sering bercanda bilang dia sebenarnya butchi saya :D
Pacar saya merasa lebih nyaman dengan penampilan dia sekarang dan buat saya tidak terlalu masalah yang penting dia menjadi dirinya sendiri. Dan saya jadi terbawa lebih simple. Sekarang kalau cari pakaian gak akan ke daerah pakaian wanita karena si pacar gak akan pernah mau memakainya *kecuali kemeja cewek yg amat sagat simple*. Kalau seperti kaos pasti pakai kaos pria apalagi jeans pendek. Saya lebih nurutin dia sajalah dari pada sudah dibeli tapi gak pernah dipakai jd ya sudah. Tapi kalau untuk saya si pacar masih suka rewel, kaos pria masih bole saya pakai 1atau 2 sisanya no way. Sepertinya sipacar takut saya kelihatan lebih macho dari dia :p

Saya dulu memang ngakunya suka sekalu sama Butchi. Secara penampilan saya suka melihat mereka, terkesan maskulin bahkan, cuek dan keren sekali *dulu*
Tapi kalau sekarang melihat butchi jadi jauh berbeda, jalan sama pacar saya aja yang jelas rambutnya sudah lumayan panjang orang masih salah sangka. Pacar saya masih sering dipanggil Bang sama orang-orang. Dan sepertinya butchi sekarang lebih terlihat garang dan bersikap seperti pria, itulah mengapa pemikiran saya tentang butchi berubah.

Saya masih suka ngelirik *jujur* bukan dalam artian genit, tapi cuma ingin memastikan kita 'family' saja :D karena kalau butchi lebih mudah dikenali dan biasanya alarm gaydar saya tu suka bunyi beepp beepp kalau mendeteksi ada 'family' disekitar.

Buat saya butchi sekarang lebih seru dilirik dan diliat-liat saja, bukan dipacari. Saya akan lebih memilih Andro atau wanita berambut gondrong tapi bersifat maskulin :$

Yah tapi bagaimanapun masih lebih penting hati nya donk ketimbang segala hal yg saya sebutkan di atas. Saya hanya membahas soal penampilan sih.

Pikun, Dongeng dan Sang kekasih

Berhubung saya pelupa akut dan pacar saya selalu sebel liat kelakuan saya, lupa meletakan barang sampai nangis nyari gak ketemu, lupa ngambil kunci dari motor kalau parkir, lupa bales kakao talk dia, lupa dengan hal-hal yang udah dia ceritakan dan lupa-lupa lainnya.

Dulu waktu masih LDR'an, dia di Aceh dan saya di Medan, sebelum tidur dia selalu menceritakan dongeng atau membacakannya dari internet. Kalau sekarang jarang sekali. Jangankan cerita dongeng, ending novel yg sudah dia baca selesai saja gak akan pernah mau kasi tau saya kalau saya belum membaca sampai habis. Gak seru kt nya kl diceritakan ckckckkkk.

Dan pada suatu malam diselingi suara srigala yang menyalak dan binatang hutan lainnya *maaf yg ini agak lebay* si pacar pun bercerita. Katanya dongengnya ia ambil dari sebuah novel karya Tere Liye dengan judul Eliana. Dongeng nya persis sekali dengan saya yang pelupa katanya, sambil tiduran sesudah mematikan lampu kamar sang pacar pun bercerita.

Ada seorang ibu-ibu pikun yang panik mencari bayinya keseluruh kampung. Ibu-ibu itu menangis, meratap, sibuk kesana kemari, seharian, hingga akhirnya pulang kerumah. "Kenapa kau menangis? "Suaminya yang baru pulang dari ladang bertanya. "Anak kita hilang," ibu-ibu itu mengadu, "Sudah kucari kemana-mana, tapi tetap tidak ketemu." Dan suaminya setengengah tertawa, setengah sebal, bilang "Astaga, lantas yang kau gendong di belakang itu siapa? Bayi kita, bukan?" Ibu-ibu itu saking pikunnya, lupa kalau justru anaknya tertidur di gendongannya sepanjang hari.

Maka saya benar-benar hilang ngantuk akibat dongeng itu dan tertawa ngakak, sambil menggigit dan menghujaninya ciuman. Si pacar jahil sekali menceritakan dongeng yg sebenarnya membuat saya tertohok :D

Jadi sampai sekarang kalau saya lupa sesuatu dia jadi ikutan mengejek, "nanti jadi seperti ibu-ibu pikun yang di novel itu adek", kata si pacar.

Belum Ada Jawaban

Ada yang nyeri di hati saat ini, tak bisa saya deskripsikan dengan jelas tapi saya rasanya antara tau dan tidak pasti dengan penyebab nya. Malam kemarin tiba-tiba saja terbangun tengah malam menangis senggugukan. Sampai partner saya kaget dan terbangun. Dia bertanya 'kenapa? apa ada yang sakit?' sambil menyelimuti tubuh saya, dan saya hanya bisa menggeleng.

Terpikir tentang sesuatu yang saya sudah tau sebenarnya kenapa, tapi saya tidak mau terima, saya masih menganggap itu tidak benar, saya masih saja mengharapkan kemungkinan-kemungkinan lain.

Saya masih berharap Pemilik semesta memberikan kemungkinan seperti yang saya harapkan. Ah andai saja saya sanggup mengakuinya, mungkin hati saya tidak sepilu ini. Percuma buku, film serta orang-orang bijak yang mensehati saya tentang pemahaman hidup, penerimaan, mengikhlaskan, tentang bersabar. Astaga... rasanya semua menguap begitu saja.

Saya tidak ingin hidup sebagai lesbian, tapi saya menjalani kehidupannya, saya tidak mau jatuh cinta dengan wanita tapi bahkan saya bercinta dengannya. Bagaimana mungkin, saya masih menolak diri saya sendiri yang bahkan terkadang menikmatinya?? Pertanyaan tolol macam apa ini. Sesungguhnya otak saya tidak pernah berhenti memikirkannya, walaupun bibir saya bilang tidak, hati saya tidak pernah sepenuhnya menerima, walaupun tubuh saya menikmatinya. Ya Tuhan.

Bukankah seharusnya saya punya pilihan? Yah itu kata mereka, menjadi lesbian itu pilihan. tapi, hah. Omongkosong buat saya. Mereka pikir saya memilih untuk menjadi lesbian? memangnya siapa bilang saya punya pilihan lain. Saya tidak pernah memilih untuk menyukai wanita, karena memang sudah dari sejak lahir saya begini. Saya menyukai wanita bukan karena meemilih menjadi lesbian, simpan saja perkataan 'pilihan' itu untuk mereka yang mungkin punya pilihan.

Apa mereka pikir saya menerimanya begitu saja, TIDAK sama sekali. Dulu jauh sebelum saya mengerti arti kata lesbian saya sudah merasa dirisaya sedikit 'berbeda'. Tapi saya buang semua jauh-jauh perasaan itu, 'belajar' menyukai lawan jenis. Sudah 'belajar' menyukai beberapa Pria tetapi tidak pernah muncul perasaan itu. Lalu apakah itu artinya saya lantas memilih menjadi lesbian??

Entahlah... tangan saya letih meengetik tulisan ini, dann saya bahkan belum tau obat nyeri hati saya.

Senin, 13 Mei 2013

Perikecil Sang Penebar Musim

Ada sebuah masa dimana kerajaan langit tak lagi sanggup menyimpan rahasianya. Bahkan dinding istana pun seolah memiliki telinga dan mulut.

Ada saja prasangka dan curiga yang mendadak muncul dibenak ksatria kepada perikecil di hutan hujan. Perikecil memang berada jauh dari ksatria karena ia mengemban titah sebagai peri penebar musim di hutan hujan.

Mungkin karena pertemuan yang terjadi sangat langka juga lah pemicu kecurigaan itu terjadi.
Suatu pagi ketika matahari baru muncul dan embun-embun menggeliat manja dibibir daun. angin pagi datang membisikkan sesuatu yang sama sekali tak ingin ksatria dengar.

Pagi itu juga Ksatria menyuruh prajurit menyiapkan kuda, ksatria akan menyusul perikecil. Kali ini ia tak tahan dengan semua bisikan yang memekkan telinga itu. Semuanya memojokkan perikecil, bahkan ksatria yang dengan cinta nya bahkan bisa mebelah lautan pun sedikit merasa nyilu.

Kau tau ada kesakitan yg lebih mendalam dalam kehidupan ini yaitu ketika orang yg paling kau cintai dan kau harap akan mempercayaimu dengan semua kejujuran ternyata tidak mempercayaimu. itulah yang dirasakan perikecil. Ksatria yang dia anggap sebagai orang yg seharusnya paling mempercayainya ternyata tidak.

Kalian pikir kemana lagi perikecil harus mengadukan kepedihan? tidak, tidak sesungguhnya ia bukan lah seorang pengeluh. Dulu jauh sebelum ksatria masuk dalam kehidupan perikecil, perikecil adalah seorang peri pemberani dihutan hujan, kehidupan berjalan lamban dan perikecil terbiasa dimanjakan ksatria. Begitulah sampai terkadang ia lupa mengepakkan sayap karena lebih sering berjalan diasamping ksatria.

Bertahun-tahun bersama dan sekarang mereka terpisah jarak kembali, semuanya membuat perikecil limbung. Ia sebenarnya sangatlah rapuh, ia bahkan selalu menangisi malam-malam penjang saat merindukan pelukan ksatria namun ia tak pernah mengungkapkan itu sebab ia tak mau menambah beban ksatria.

Maka perikecil menyibukkan diri dengan lebih banyak termenung di bibir air terjun tepi luar hutan hujan setelah menebar bubuknya. Suatu sore ia mendengar suara seruling merdu yang menggetarkan hati, terasa nyilu persis seperti perasaannya. Ia mencari asal suara itu. ternyata seruling itu berasal dari seorang pengelana. perikecil dari balik pepohonan terus memperhatikannya dan menikmati suara merdu seruling sampai tak sadar kakinya mengijak ranting yang sudah rapuh dan itu membuat kaget sang pengelana.

Sang pengelana bangkit dan menghentikan serulingnya, menatap perikecil maka saat itu mata mereka bertemu. entah perasaan apa yang tiba-tiba saja hadir dan seperti disengat lebah mereka seolah-olah sudah saling mengenal sejak lama.

Perikecil mendekat dengan malu-malu, dan sang pengelana yg baik hati tersenyum ramah memperlihatkan gigi indahnya. Maka mulai saat itu perikecil tak lagi merasa sendiri dan kesepian. Emiran sang pengelana selalu menemani perikecil dan menghiburnya dengan suara serulingnya.

Kedekatan inilah yang dibisikan dedaunan pada angin yang samapai ketelinga ksatria. Emiran adalah seorang pengelana, ia tak pernah menetap lama disuatu daerah sebelumnya namun entah mengapa bertemu perikecil ia merasa sedikit ingin menghabiskan waktu lebih lama di hutan hujan. Emiran seorang pengelana dan pemberani, tangguh dan selalu bersikap hangat pada perikecil.

Setibanya ksatria dihutan hujan ia langsung mencari perikecil ditempat favorit mereka sejak dulu yaitu bibir air terjun tepi hutan, namun apa yang ia bayangkan diperjalanan yang ia coba tepis jauh dari pikirannya ternyata jutru itulah yang terjadi. Ia melihat sendiri perikecil sedang berbaring dikaki emirat yang sedang memainkan seruling.

Bagai tersambar petir rasanya ksatria saat itu juga, namun ia menyadari sesuatu. Ia selama ini memang tidak disamping perikecil mungkin ada orang lain yg lebih layak dan bisa selalu menemani perikecil, lantas ksatria pergi begitu saja tanpa menyapa dan meminta penjelasan perikecil.

Saat itulah ksatria memutuskan pergi jauh bahkan ia tak lagi kembali ke kerajaan langit perak. ia memutuskan pergi ke negri antah berantah lain dan lebih memilih menjadi rakyat biasa.

lalu bagimana dengan kisah perikecil dengan emiran, bagaikan langit bumi mereka memang saling mengerti tapi tidak mungkin bersama, emiran tidak bisa menolak takdirnya sebagai pengelana dan kehidupannya adalah berpetualang. Akhirnya suatu pagi ia memutuskan melanjutkan perjalanan dan meninggalkan perikecil. Sejak awal perikecil sudah menyadari bahwa suatu hari emiran akan meninggalkannya namun tak mengapa, karena bagi perikecil cinta itu begitu agung, pemahan cinta yg begitu luas yang selalu ia baca dari catatan-catatan dihutan hujan membuatnya mengerti akan banyak hal.

bahwa tak ada yang abadi didunia ini, semua akan ada akhir. lantas apakah perikecil tidak merindukan ksatria? bagaimana mungkin, tidak satu haripun terlewati tanpa perikecil merindukan ksatria, lalu bagaimana dengan emiran? emiran adalah kebahagian sekaligus kepedihan yang indah untuk dikenang perikecil. terlepas perikecil tidak tau pasti bagaimana perasaan emiran sebenarnya kepadanya.

Perikecil pun memilih sendiri, ia melanjutkan kehidupan dihutan hujan dengan menebar benih musim semi dan menceritakan dongeng-dongeng kepada peri-peri yang masih belajar merentangkan sayap dengan benar.


THE END

apa kabar?

tahun ini banyak sekali hal baik yang aku temui, selain hubungan percintaan yang sangat baik, keluarga, juga pekerjaan dan finansial. berkah...