Sabtu, 21 Februari 2015

Cintaku Sederhana


Cintaku sederhana

Seperti saat kau menggandeng jemariku ketika kita berjalan bersama,



Seperti saat kau mengingatkan film yang kutunggu sudah tayang di bioskop, kemudian bergegas pulang kerumah, menyapaku dengan manja kemudian mengajakku ke bioskop.






Cintaku sederhana, 
Seperti saat manjanya kau minta di belikan buku saat aku habis gajian, padahal kau juga bisa membelinya sendiri.

Seperti saat aku mengantar kau ke kantor padahal kau juga bisa pergi dengan motormu sendiri.





Cintaku sederhana,

Seperti saat aku menolak semua ajakan teman karena aku tahu saat itu kau sedang di rumah,



Seperti saat aku harus sudah pulang sebelum kau pulang kerja hanya untuk mendengar kau membuka pintu kemudian memanggilku, "adeeekkk" dengan lembut.



Cintaku sederhana,

Seperti saat kau tetap mengusahakan apapun untukku, 



Seperti saat kau akan melahap habis semua masakan yang aku masak biarpun gosong, asin, atau bahkan pait sekalipun






Cintaku sesederhana itu sayang,

Ingatkah kau saat-saat kita masih selalu harus hemat setiap akhir bulan tahun2 yang dulu



Saat-saat dimana kita akan "berfoya2" jika habis gajian, lalu tertawa terbahak2 jika memikirkan akhir bulan.






Masih ingatkah kau saat kau lebih senang menghabiskan waktu denganku dirumah membaca buku, duduk di beranda bersamaku, atau main keluar hanya unt duduk bercerita panjang lebar ditemani indomie kuah langganan kita

Masih ingatkah kau saat kau akan menolak semua ajakan teman2mu, hingga sesekali aku yang menyuruhmu pergi bersama mereka sebab kasian jika kau menolak terus.

Ingatkah kau saat aku akan mengantar jemputmu untuk berkumpul bersama dengan teman2mu




Aku masih ingat sayang,

Lalu bagaimana aku bisa move on jika cintaku tak berwujud lagi ketika tidak bersama dengamu



Kemana ku cari serpihan atau kepingan hatiku agar aku bisa memungutnya untuk membawanya pergi darimu




Kau tidak tau hatiku,

Kau tidak tau cintaku,



Betapa cinta itu harusnya utuh disana

Di singgasana yang kita ciptakan bersama






Lalu kau lihat sekarang?



Dimana kau simpan hatiku atau hatimu tak ada yang tahu?



Apa aku membencimu?

Sungguh tidak pernah rasaku berganti benci padamu.

Jumat, 13 Februari 2015

Kau takkan paham cintaku

Cinta tidakkah kau tahu, kau dulu sangat kubanggakan, sangat ku agungkan. Bahkan hingga saat ini mengenangkau saja mataku terasa pedas, ulu hatiku perih.

Kau mungkin tidaka akan pernah tahu bagaimana rasanya aku menahan semua rasa itu, belajar tidak memperdulikanmu padahal otakku tak pernah sedikitpun lari darimu. Seberapa banyak malam yang kuhabiskan untuk menangisimu bahkan saat kau masih disisiku. Seberapa banyak tawa yang ku suguhkan untuk menutupi perih dihati berharap ia sembuh dengan sendiri.

Cinta.. Kau tidak pernah tahu betapa dunia sungguh tidak berati jika aku tidak bersamamu. Sungguh kau tidak akan paham maksudku.

Aku pergi berharap kau merindukanku. Aku melupakanmu berharap kau sedikit saja mengingatku. Dan aku berhubungan dengan orang lain hanya untuk berharap kau kembali merindukan bersamaku.

Namun perlahan cintaku pupus...
aku menggerusnya sedikit demi sedikit,
irisan irisan perih yang kau toreh menumpuk, membeku, membiru hingga membusuk.
kadang bau nya membuat aku ingin muntah, namun entahlah... Terlalu lama rasanya aku bertahan disini.

aku terbiasa dengan sumpah serapah pada diriku sendiri yg begitu tolol, ingin bertahan dalam kesakitan.

Kamis, 12 Februari 2015

:: #Sabit



Sabit malam ini indah sekali, persis seperti dua bola yang di letakkan sejajar kemudian salah satunya digeser perlahan hingga membentuk seperti irisan tipis, “bulan itu sangat istimewa, bergeser sedikit saja keindahannya benar-benar menakjubkan, apalagi jika datang purnama. Biarpun begitu aku lebih suka sabit, ia seperti menyimpan rahasia malam, rahasia-rahasia kelam yang hanya ditakdirkan untuk disimpan sendiri sekalipun menyakitkan, sedangkan purnama seolah memperlihatkan semuanya, indah sempurna. Dan bagiku tak ada hal yang sempurna. Kau tahu Hanah, kau itu seperti sabit malam ini, misterius namun menenggelamkan”, begitu katamu saat kau menjelaskan mengapa kau suka sekali melihat langit pada malam hari, apalagi di saat bulan terlihat sabit seperti sekarang. 


Malam terasa seolah meniupkan aroma kesakitan di ulu hati. Angin bertiup bagaikan membawa kabar bahwa kerinduaan itu adalah hal yang memang harus kunikmati sendiri. Sambil menggenggam liontin logam yang menggantung di leher ini, rasanya aku memang hanya bisa menyesapi kerinduaan di sesaknya angin malam. Kalung dengan liontin sabit ini tak pernah lepas dari leherku, karena aku masih selalu berharap bahwa suatu hari kau akan datang kembali menemuiku, dan mengingat kenangan kita lewat liontin ini. 

Aku sudah bertahan berjam-jam memandangi bulan sabit dari gubuk tua ini, aroma tanah yang basah setelah petang tadi diguyur hujan, malam ini benar-benar terasa sangat menyayat hati. Dedaunan yang sudah berhari-hari ditempeli butiran debu hingga membuat warnanya tak lagi hijau, terlihat seperti kekasih yang sudah lama tak pernah bertemu, saling menahan rindu dan sekarang mereka bisa menikmatinya, saling membasahi, melepas dahaga. Angin meniup dedaunan seolah mereka tertawa riang dan melambai kegirangan, menggeliat menikmati sejuknya malam. 

Aku merindukan tawa renyah mu dengan tatapan bola mata biru yang penuh cahaya itu. Terkadang kau terlihat seperti anak kecil yang suka berceloteh jika sedang menceritakan banyak hal konyol tentang petualanganmu, bahkan dengan mengingat semua ceritamu membuatku tersenyum sendiri. Bagaimana mungkin seorang putri sepertimu melakukan hal-hal konyol dan lucu seperti itu. Bukankah seharusnya kau bersikap sedikit kaku, sibuk menjaga sikap atau wibawa dan entah apalagi, tetapi justru sifatmu itu lah yang tidak pernah bisa membuatku lupa. 

Aku berharap malam tak kunjung lekas berganti, aku masih ingin mengingatmu, mengenang wajah cantik namun terlihat tampan milikmu itu. Kau memiliki tulang pipi yang seolah lebih maskulin dari wanita manapun yang pernah ku temui, membuat wajah mu yang terlihat penuh ketegasan itu semangkin menonjol. Namun jika kau sudah berceloteh banyak hal maka kau akan terlihat seperti gadis kecil yang lucu sekali, penuh semangat dan meluluhkan hati. Bukan, lebih tepatnya mengambil hatiku. Kau membuatku bahkan merelakan hatiku begitu saja padamu. 

Dan sekarang lihatlah aku, hanya mampu menatap bulan sabit dari bumi di bawah gubuk tua ini, tempat kita mencurahkan seluruh rasa. Kau, apakah kau juga melihat bulan sabit di sana. Kau pernah berkata jika di bumi kami memiliki sebuah bulan, maka di planet kalian bahkan memiliki 3 bulan di sekelilingnya. Satu saja seperti di bumi malam ini terlihat indah, apalagi di planet mu. 

Sesekali juga aku pernah berhayal, bisa berjalan bersama denganmu bergandengan sambil menikmati ketiga bulan yang konon sangat indah menurutmu di tempat kau tinggal di sana. Tapi terkadang hayalan itu hanya berakhir perih di hati, menyisakan isakan demi isakan di pertengahan malam ketika aku mulai mengenangmu. Kerinduan ini sungguh sangat ingin kunikmati hingga aku lupa caranya mengingat hal lain selain dirimu.

Tara.. kapan kau akan datang kembali untuk menemuiku, apakah portal yang kau coba bangun lagi itu tak pernah bisa terwujud, hingga kau tak bisa lagi ke bumi. Bukankah di sana kehidupan kalian jauh lebih hebat dari kehidupan kami di bumi, bahkan pesawatmu yang pernah kau ceritakan itu tidak hanya bisa menghilang tetapi juga bisa terbang dengan manufer-manufer aneh. Kau juga berasal dari ras Nordics yang merupakan ras paling tinggi dijagad raya sana, aku tak heran jika sebagian menganggap kalian utusan Tuhan untuk bumi, bahkan manusia yang percaya mengagungkan kalian sebagai malaikat-malaikat utusan Tuhan. 

Berita terakhir yang datang padaku hanya melalui si grey utusanmu yang masih tertinggal di bumi, tapi itu sudah cukup menenangkan hatiku. Setidaknya aku tahu kau baik-baik saja di sana biarpun aku tidak tahu harus sampai kapan aku berharap dan bisa bertahan di bumi. 

#Lullaby #EnamTigaEmpatBelas 

jaket lusuh

hari ini aku membuka lemari pakaianku menyusun ulang beberapa helai ingatan dan membersihkan debu dari kenangan. aku melihat jaket sag...