Kamis, 12 Februari 2015

:: #Sabit



Sabit malam ini indah sekali, persis seperti dua bola yang di letakkan sejajar kemudian salah satunya digeser perlahan hingga membentuk seperti irisan tipis, “bulan itu sangat istimewa, bergeser sedikit saja keindahannya benar-benar menakjubkan, apalagi jika datang purnama. Biarpun begitu aku lebih suka sabit, ia seperti menyimpan rahasia malam, rahasia-rahasia kelam yang hanya ditakdirkan untuk disimpan sendiri sekalipun menyakitkan, sedangkan purnama seolah memperlihatkan semuanya, indah sempurna. Dan bagiku tak ada hal yang sempurna. Kau tahu Hanah, kau itu seperti sabit malam ini, misterius namun menenggelamkan”, begitu katamu saat kau menjelaskan mengapa kau suka sekali melihat langit pada malam hari, apalagi di saat bulan terlihat sabit seperti sekarang. 


Malam terasa seolah meniupkan aroma kesakitan di ulu hati. Angin bertiup bagaikan membawa kabar bahwa kerinduaan itu adalah hal yang memang harus kunikmati sendiri. Sambil menggenggam liontin logam yang menggantung di leher ini, rasanya aku memang hanya bisa menyesapi kerinduaan di sesaknya angin malam. Kalung dengan liontin sabit ini tak pernah lepas dari leherku, karena aku masih selalu berharap bahwa suatu hari kau akan datang kembali menemuiku, dan mengingat kenangan kita lewat liontin ini. 

Aku sudah bertahan berjam-jam memandangi bulan sabit dari gubuk tua ini, aroma tanah yang basah setelah petang tadi diguyur hujan, malam ini benar-benar terasa sangat menyayat hati. Dedaunan yang sudah berhari-hari ditempeli butiran debu hingga membuat warnanya tak lagi hijau, terlihat seperti kekasih yang sudah lama tak pernah bertemu, saling menahan rindu dan sekarang mereka bisa menikmatinya, saling membasahi, melepas dahaga. Angin meniup dedaunan seolah mereka tertawa riang dan melambai kegirangan, menggeliat menikmati sejuknya malam. 

Aku merindukan tawa renyah mu dengan tatapan bola mata biru yang penuh cahaya itu. Terkadang kau terlihat seperti anak kecil yang suka berceloteh jika sedang menceritakan banyak hal konyol tentang petualanganmu, bahkan dengan mengingat semua ceritamu membuatku tersenyum sendiri. Bagaimana mungkin seorang putri sepertimu melakukan hal-hal konyol dan lucu seperti itu. Bukankah seharusnya kau bersikap sedikit kaku, sibuk menjaga sikap atau wibawa dan entah apalagi, tetapi justru sifatmu itu lah yang tidak pernah bisa membuatku lupa. 

Aku berharap malam tak kunjung lekas berganti, aku masih ingin mengingatmu, mengenang wajah cantik namun terlihat tampan milikmu itu. Kau memiliki tulang pipi yang seolah lebih maskulin dari wanita manapun yang pernah ku temui, membuat wajah mu yang terlihat penuh ketegasan itu semangkin menonjol. Namun jika kau sudah berceloteh banyak hal maka kau akan terlihat seperti gadis kecil yang lucu sekali, penuh semangat dan meluluhkan hati. Bukan, lebih tepatnya mengambil hatiku. Kau membuatku bahkan merelakan hatiku begitu saja padamu. 

Dan sekarang lihatlah aku, hanya mampu menatap bulan sabit dari bumi di bawah gubuk tua ini, tempat kita mencurahkan seluruh rasa. Kau, apakah kau juga melihat bulan sabit di sana. Kau pernah berkata jika di bumi kami memiliki sebuah bulan, maka di planet kalian bahkan memiliki 3 bulan di sekelilingnya. Satu saja seperti di bumi malam ini terlihat indah, apalagi di planet mu. 

Sesekali juga aku pernah berhayal, bisa berjalan bersama denganmu bergandengan sambil menikmati ketiga bulan yang konon sangat indah menurutmu di tempat kau tinggal di sana. Tapi terkadang hayalan itu hanya berakhir perih di hati, menyisakan isakan demi isakan di pertengahan malam ketika aku mulai mengenangmu. Kerinduan ini sungguh sangat ingin kunikmati hingga aku lupa caranya mengingat hal lain selain dirimu.

Tara.. kapan kau akan datang kembali untuk menemuiku, apakah portal yang kau coba bangun lagi itu tak pernah bisa terwujud, hingga kau tak bisa lagi ke bumi. Bukankah di sana kehidupan kalian jauh lebih hebat dari kehidupan kami di bumi, bahkan pesawatmu yang pernah kau ceritakan itu tidak hanya bisa menghilang tetapi juga bisa terbang dengan manufer-manufer aneh. Kau juga berasal dari ras Nordics yang merupakan ras paling tinggi dijagad raya sana, aku tak heran jika sebagian menganggap kalian utusan Tuhan untuk bumi, bahkan manusia yang percaya mengagungkan kalian sebagai malaikat-malaikat utusan Tuhan. 

Berita terakhir yang datang padaku hanya melalui si grey utusanmu yang masih tertinggal di bumi, tapi itu sudah cukup menenangkan hatiku. Setidaknya aku tahu kau baik-baik saja di sana biarpun aku tidak tahu harus sampai kapan aku berharap dan bisa bertahan di bumi. 

#Lullaby #EnamTigaEmpatBelas 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

jaket lusuh

hari ini aku membuka lemari pakaianku menyusun ulang beberapa helai ingatan dan membersihkan debu dari kenangan. aku melihat jaket sag...