Rabu, 27 Juli 2016

senjaku, AL

Senja adalah rumah, keemasannya serupa cinta yang terus bertumbuh kembang. Dalam matamu aku melihat senja, bersama cinta yang kian mengembang juga rumah tempat aku berpulang. Pada ketenangannya aku menemukan diriku, pernah kudaki gunung dan kusebrang ombak mencari apa yang kucari dalam hati. Berpeluh, berurai air mata, terluka pun sudah biasa hingga aku berhenti mencari.

Saat aku berhenti mencari, aku menemukan senja pada suatu hari, hari yang tak pernah kukira akan kualami. Aku tenggelam dalam senja yang menenangkan, dalam tenang yang menyembuhkan.

Aku nemukanmu, menemukan rumah bagi hatiku.
Aku menyukai senja dan menggilaimu. Dua hal yang membuatku ingin terus melewati hari dengan hati yang memiliki mimpi. Aku dan kau akan berjalan terus bergenggaman, tatapanku akan lekat pada wajahmu, dengan senyumku yang tak pernah berhenti berucap syukur atas keberadaanmu dalam hidupku.

Kau tahu mengapa aku menyukai senja, AL?
Sebab ia selalu membuatku bersyukur telah menemukanmu.
Kuhadiahkan senja yang indah ini untukmu, kekasih.


Kamis, 14 Juli 2016

Bersamamu, AL

jika melongok ke dalam hatimu aku hanya akan menemukan wajahku yang berseri-seri
aku tahu itu artinya kau masih terus mencintaiku dan aku selalu merasa baik-baik saja jika sudah begitu.
menjadikanmu satu-satunya hal yang ingin kucintai dan kuinginkan terus berada di sisiku seumur hidupku.

Al, kita memang sedang membangun mimpi, jika mimpi semudah mendapat senyuman balik sebab kita sudah tersenyum tentu tak banyak orang depresi di dunia ini. Mimpi kita mungkin akan mengukur ego kita, menguatkan cinta kita atau justru sebaliknya. Kau kuat-kuatlah menahan rindu sementara, sabar-sabarlah menahan amarah jika aku sudah bertingkah. Aku juga begitu, sekuat tenaga menjaga hati dan cinta, bersama mewujudkan cita kita.

kita akan saling belajar, saling bertumbuh. Bersama.

Minggu, 10 Juli 2016

kata-kata yang bukan aku

Kata-kataku linglung, tak tahu jalan pulang ke rumahnya. Isi kepalaku dibawanya berjalan tanpa letih, terseret-seret hingga tertatih.

Kata-kataku buta, tak lagi mampu membedakan eja, selalu berakhir bagai prasangka di kepala.
Ia menyepi di sudut-sudut kamar dengan sarang laba-laba melilitnya.

Kata-kataku tak lagi memiliki aku, ia berkeliaran tanpa aku, bebas merdeka tanpa mewakili aku.


Kamis, 07 Juli 2016

Ego kita

apakah sisa-sisa kemarahanmu menutup rindu yang perlahan tergerus ego itu? apakah pagi ini kita tidak akan saling berkata rindu, atau sekedar menanyakan kabarku.
apakah yang menjadikan ego kita saling berlomba untuk diagungkan? kau tahu betul bagaimana perasaanku, sebagaimana aku tahu cintamu yang begitu besar padaku.
Al, bukankah cinta kita jauh lebih besar dari ego kita? sudahlah, egoku sesekali terkadang meminta didewakan namun kau jangan mau melakukannya, cukup cintai aku lebih sabar, cintai aku lebih dalam seperti cintaku setiap harinya.

jaket lusuh

hari ini aku membuka lemari pakaianku menyusun ulang beberapa helai ingatan dan membersihkan debu dari kenangan. aku melihat jaket sag...