selasa lalu saya pulang kerja dengan
keadaan menangis sesenggukan sepajang jalan, pasalnya ada seorang anak yang
mengadu pada saya bahwa dia kemaren berkali-kali tidak masuk kelas karena
dipukuli oleh Bounya, Bou ini sebutan untuk adik ayahnya. anak ini tinggal
dengan bounya karena ibunya sudah meninggal, sedangkan ayahnya menikah lagi dan
tinggal di Jakarta.
sudah sejak lama ia tinggal dengan Bounya, biasa ia selalu menahankan setiap kali bounya memukul atau menghajarnya sampai babak belur, tapi minggu itu dia sudah tidak tahan. ia ditendang sampai terhempas ke dinding. setelah babak belur akhirnya ia memutuskan kabur ke tempat Opung dari pihak ibunya. lalu keluarga almahrum ibunya pun melaporkan kejadian itu pada polisi dan Bounya diancam hukuman penjara, tapi barangkali mereka akan menempuh jalur damai.
saya bersyukur ia memutuskan kabur dari rumah itu, andai saja ia justru memilih untuk bunuh diri entah bagaimana saya harus menanggung beban moral sebab selama ini saya tidak pernah bertanya serius mengapa wajahnya lebam saat datang ke sekolah.
Ia anak yang sangat periang, dan suka
sekali menjahili saya pernah suatu hari saya melihat lebam di wajahnya, saya
sekedar bertanya, “kenapa wajah kamu?” dia hanya cengengesan dan bilang jatuh.
saya menganggapnya ia memang ceroboh. hingga saat kemarin ia bercerita saya
benar-benar lemas mendengar semuanya.
Kebetulan pada saat itu jam terakhir
saya masuk, tidak lama jam pulang pun tiba dan kami berpisah, lalu saya pulang dan
menangislah saya di sepanjang jalan menuju rumah.
sebenarnya yang saya khawatirkan bukan
hanya dia bagaimana menghadapi kerasnya hidup, tapi juga bagaimana trauma ini
akan ia hadapi nanti ke depannya. saya akui saya juga punya pengalaman kelam
seperti dia. makanya menangis saya sebenarnya lebih disebabkan kesakitan yang
turut saya rasakan akibat ketidakberdayaannya melawan orang dewasa yang jahat
dan abusive.
kasusnya diselesaikan secara
kekeluragaan dan ia tidak lagi tinggal bersama Bounya setidaknya saya cukup
tenang, biar pun setiap jumpa saya akan terus menanyakan kabarnya. saya
berjanji untuk lain kali ketika ada anak-anak yang mengalami hal serupa saya
harus lebih peka bertanya dan lebih perduli pada anak-anak.
mereka hanya anak-anak, sebagaimana pun
nakalnya mereka tidak berhak mendapatkan perlakuan kasar dari orang dewasa
apalagi ia perempuan yang bahkan hampir tidak pernah berbuat onar.
kemarin malam saat diskusi tentang
bagaimana pelaporan atas tindak kekerasan dan juga perkosaan saya lagi-lagi
mendengar cerita tragis yang ditangani oleh salah seorang pendamping sekaligus
advokat. semua kejahatan yang disebabkan manusia pada manusia lain selalu
menjadi ketakutan yang saya kadang tidak tahu bagaimana harus menanganinya.
beruntung saya punya komunitas yang saling menguatkan perihal seperti ini, biar
pun lutut rasanya lemas setiap kali mendengar cerita begini, selepas itu kami
biasanya akan berpelukan dan mencari solusi penyelesaiannya.
manusia benar-benar jahat pada manusia lain. belum lagi orang-orang dewasa yang sanggup menjahati anak-anak.
Entah mengapa dunia harus diciptakan
jika Tuhan juga menciptakan manusia-manusia jahat,
dan entah mengapa harus ada kejahatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar