Rabu, 08 Januari 2020

rabu pagi pukul dua

mencintai dan dicintai memang perihal waktu. menunggu giliran mana yang datang duluan mana yang kemudian. pernah aku merasa disia-siakan, lalu aku meminta Tuhan menjauhkannya. hatiku lemah prihal ini, namun kadang juga terlalu keras untuk beberapa hal tolol dalam hidupku. menemukan seseorang lalu kehilangan. esok menemukan sosok lain barangkali juga akan hilang selepasnya. biarpun doa-doa malamku tak pernah menginginkan perpisahan. 
malam ini kupikir selepas segala perih yang kulewati belakangan. perlahan lukaku membaik, kuharap sembuh. aku ingin menjadi lebih baik, lebih bahagia, lebih matang dan bijaksana. 
beberapa hal menggantung akan kuselesaikan, kupilih mana prioritas, dan memang saat ini yang menjadi prioritasku di tahun ini harus bahagia. kupikir toxic dalam hidupku harus kubuang. aku berjanji pada diriku malam ini, aku akan lebih baik, secara emotional dan financial. aku ingin punya hal-hal yang kutunda demi hal lainnya. sudah saatnya bangkit dari keterpurukan. jika akhirnya esok aku terpuruk lagi kuharap bukan di lubang dungu yang sama. 
hidup harus berjalan, kehidupan terus berlanjut.dan aku harus bahagia.

Senin, 06 Januari 2020

aku sore ini.

aku adalah sisipan dalam sebuah cerita panjang yang kau toreh pada dinding-dinding tembokmu. sepotong sajak yang berhenti kau tulis sebab lupa di mana rimanya. secangkir kopi yang berhenti kau sesap sebab kau pikir sudah sampai ke dasar bersisa ampas.  

aku kitab yang kau sembunyikan di balik tumpukan buku-buku dongeng yang kau pajang di depan mata. aku adalah resah yang terkenang dan tak bisa kau lawan. aku adalah hantu bagi hatimu yang mecoba mati suri namun terjebak dan sukar kembali. 

aku akan menjadi sekelebat bayang yang kau lewati saat seseorang mengisi waktumu setiap hari. aku ada dan kau bisa merasa. tapi aku bukan siapa-siapa.

Rabu, 01 Januari 2020

feeling blue for my first day in 2020

siang ini aku membuka instagram pribadiku. aku scroll ke bawah, melihat namamu menyukai salah satu orang yang sama-sama kita ikuti. aku klik namamu, aku pindah menggulirkan semua foto-fotomu. aku melihat semua fotomu, tidak lagi bisa kuberi love karena memang semua fotomu sudah kusukai sebelumnya. aku terus menggeser setiap fotomu. aku melihat tawamu, senyummu. mataku basah.

ini tahun ke lima kurasa setelah kita berpisah. aku tidak pernah merasa sesedih ini. pernah barangkali tapi aku hanya sudah lupa rasanya. kali ini hidungku sampai perih menarik nafas bersama cairan yang mengganggunya. 

aku selalu berdoa di setiap kali aku mengingatmu, semoga kamu selalu bahagia, bahkan jauh lebih bahagia dari aku. aku tahu banyak kesalahan tolol yang dulu berkali-kali kulakukan padamu. kupikir kau sangat layak untuk hidup damai dan bahagia tanpaku. 

lalu, mengapa aku merasa sedih, bahkan sangat sedih saat melihat kau bahagia tanpaku? 
aku bertanya-tanya, apakah betul aku toxic dalah hubungan kita dulu? benarkah aku sejahat itu?
kau tidak pernah menuduhkan yang bukan-bukan. kita bahkan hampir tidak pernah bertengkar. kita hanya bertengkar di akhir-akhir hubungan kita yang sama kita putuskan sepertinya memang lebih baik untuk kita tidak lagi bersama. 

aku belajar memaafkan diriku, belajar memperbaiki diri, memperbaiki hidupku.
barangkali semuanya karena aku tidak pernah melihat kesedihanmu. sebab sedihmu tidak lagi pernah kau bagi denganku. tentu saja. kau hanya berbagi kebahagiaan lewat foto-fotomu. tapi malam-malam yang kau lewati aku tidak tahu bagaimana kau bisa melewatinya dengan baik-baik saja.

hari ini aku merasa tidak layak mendapatkan bahagiaku karena aku pernah terlalu jahat padamu. apakah kau belum memaafkanku? apakah kau pernah berdoa buruk untukku? apakah kau serius saat kau katakan kau trauma karena hubungan kita, hingga kau tidak pernah mencoba untuk berpacaran dengan orang lain lagi?

apa aku sejahat itu, ye?
all this shits make me hurt. make me feel that im a useless person that i dont deserve someone better that you. 

mengapa aku belum juga bisa membayangkan tuaku hidup bersama dengan orang lain selain denganmu. aku tentu dikutuk seseorang saat aku menuliskan ini. tapi aku tidak akan pernah tahan dengan seseorang yang bahkan ingin mendengarkanku pun tidak. dan aku tahu dunianya juga tidak pernah sama denganku. dan kupikir lukaku dan lukanya terlalu sama dan dalam jika harus digabungkan untuk membangun hidup hingga menua.

aku ingin menua dengan santai, dengan pekerjaan yang baik, istri yang baik sebagai teman bercerita tanpa bertengkar. teman bertukar kisah seharian, teman diskusi dan memberikan masukan.

sekali lagi aku ingin bertanya, apakah kau pernah mengutuk hidupku agar tidak bahagia, ye?

jaket lusuh

hari ini aku membuka lemari pakaianku menyusun ulang beberapa helai ingatan dan membersihkan debu dari kenangan. aku melihat jaket sag...