Jumat, 10 Mei 2019

samudera kesedihan

kalian pernah melakukan perjalanan tapi yang kalian lihat adalah kesedihan demi kesedihan. saya tidak tahu semakin tumbuh dewasa tubuh saya semacam memiliki kapasitas besar untuk menampung banyak kesedihan dalam hidup ini. menyebalkan tentu saja, tapi tidak bisa saya tolak.
setiap kali bertemu dengan orang baru atau pun sekedar berpapasan dengan orang asing, saat saya menatap kedua mata mereka rasanya tatapan nanar dari kedua mata yang mereka lemparkan langsung merasuk kedalam lapisan kesedihan pada tubuh saya. berkali-kali saya coba menolak dengan berpura-pura tidak menatap sepasang mata mereka, namun tetap saja sepasang mata lain sudah menunggu hendak mentransfer kesedihannya pada saya.
sore tadi beberapa pasang mata itu menjadi bahan pikiran saya, kesedihan lain yang membawa hati saya menjadi terlalu lemah dengan banyak hal. ada sepasang mata bapak tua di belakang mobil pick up. ia hanya menatap jalanan kosong sebab mobilnya berjalan maju namun ia duduk menghadap belakang. saya berada tepat di belakang mobil itu. kesedihan sepasang mata itu langsung menusuk lapisan ruang kesedihan dalam diri saya. 
kemudian saya melihat sepasang mata bapak penjual kacang dan kerupuk yang menjajakan dagangannya dengan berjalan kaki sambil membawa tongkat. juga berpasang-pasang mata lain yang saya temui sore tadi. kesedihan-kesedihan itu seolah punya ruang sendiri dalam tubuh saja. ia seperti membuka pelukan yang begitu luas untuk menampung segala kesusahan hati semua pasang mata yang saya temui di mana saja. 
apa yang terjadi sebenarnya? apakah tubuh saya berubah menjadi samudera kesedihan agar siapa saja dapat menumpahkannya, lalu saya akan membawa kesedihan mereka ke tempat yang entah kemana asalkan tidak kembali pada mereka?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

jaket lusuh

hari ini aku membuka lemari pakaianku menyusun ulang beberapa helai ingatan dan membersihkan debu dari kenangan. aku melihat jaket sag...