percakapan
denganmu selalu menjadi candu
seperti saat
kau katakan,
kau adalah
hamba
sekaligus
Tuhan atas dirimu sendiri.
aku
mengamininya,
separuh dari
penjelasanmu masuk logika
separuhnya
kubiarkan terbawa angin
sayup-sayup
berulang
semakin
sering, semakin nyaring.
kukira juga
begitu,
kau hamba
saat butuh sesuatu di luarmu
sedang kau
menjadi Tuhan saat kau bebas menentukan.
obrolan
Tuhan ini kita dapat dari kedai kopi
saat
berjumpa dengan seorang Opung, seorang teman,
lalu
menyusul segerombol kawan.
aku selalu
suka diskusi absurd versi mereka
kau
juga.
aku tahu kau
selalu lebih sering mendengarkannya
kemudian
membawa segumpal pertanyaan
kau
limpahkan padaku di jalanan atau saat sampai kita pulang.
kau tidak butuh jawaban, kau cuma suka didengarkan.
kau tidak butuh jawaban, kau cuma suka didengarkan.
aku juga sering menikmati momen diamku
aku biarkan
kau menanyakan apa saja
lalu tanpa
kujawab, kau menganalisa sendiri
segala
pertanyaan kemudian menyimpulkan jawaban.
kita lebih
sering berbantah-bantahan
lalu saling
menyalahkan
tertawa cekikikan
saling
maki-makian
kemudian
kita mengakhirinya dengan sebuah pelukan.
maka benarlah katamu,
kau memang hamba dan Tuhan di saat bersamaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar