Rabu, 24 Februari 2021

rindu, mba.

tadi malam aku memikirkanmu semalamam, aku rindu sekali. tadi pagi selepas sholat subuh aku tidur lagi lalu bermimpi, dalam mimpiku kau membalas sms yang kukirimkan tapi aku lupa apa isinya lalu aku seperti bangkit dan terlonjak dari tempat tidur membaca balasan pesanmu sambil tersenyum, aku ingat sekali rasa bahagia yang menjalar ke seluruh tubuhku hanya dengan membaca sepotong pesanmu. sayangnya aku terbangun karena kaprodiku menelpon dan aku membuka semua handphone dan aplikasi pesanku ternyata aku tidak menemukan apa pun di sana.
aku bisa saja menelponmu tapi kupikir kalau pun kita berkomunikasi nanti hanya akan terus berakhir seperti yang sudah-sudah, bertengkar lalu saling meyakiti kembali, sementara aku ingin mengingatmu dengan perasaan yang bahagia bahwa kau pernah ada dan menjadi kekasihku di suatu hari yang telah lewat. aku tidak lagi ingin bertengkar denganmu atau dengan siapa pun. 

orang berpikir bahwa rinduku hanya karena jarak, hubungan kita berakhir hanya karena jarak, sesungguhnya tidak. tidak pernah sesederhana itu. kita bisa saja saling mengunjungi tapi hatiku berkata lain, aku pernah katakan padamu, aku tidak lagi melihat diriku di matamu, pada obrolanmu, pada mimpi-mimpimu. tidak pernah ada aku di sana. aku tidak pernah menyalahkanmu perihal ini, karena aku tahu kau berhak mengejar mimpimu atau apa pun keinginanmu, hanya saja perasaanku terhadap perasaanmu padaku tidak kulihat lagi sama.

aku hanya rindu, tidak akan sakit atau mati karenanya. aku hanya sangat rindu padamu bahkan pada kucing-kucingmu, pada mama dan adik. itu saja. 

Selasa, 23 Februari 2021

perihal hidup dan mati

hari ini aku bercermin, memastikan beberapa kerutan mulai menjalar dengan benar, lalu aku menyibak rambut yang sudah mulai kutemui beberapa helai tak berwarna sama dengan kebanyakan yang lain. aku sadar memasuki tiga puluh tentu banyak hal dalam tubuh yang juga berubah. tapi sesungguhnya aku tidak takut menua, keriput atau beruban. yang aku takutkan aku akan mulai menjadi pelupa, mataku tak lagi setajam dulu, obrolanku tak lagi menarik dan kesepianku akan menggunung.

di tengah semua rasa takut itu aku semakin takut diabaikan, tidak dicintai juga tidak lagi dibutuhkan. aku takut semua menghilang, kecerdasanku menghilang, kegesitanku pun melambat. tentu saja itu semua itu akan diperparah jika ternyata aku mengalami sakit-sakit di masa tua. makanya jika ditanya perihal kematian, aku selalu berkata bahwa aku ingin mati muda. tidak banyak pencapaian dalam hidup kuraih selama 33 tahun aku menjalaninya. bahkan warisan yang akan kuberi pun hampir tidak ada, rumah belum lunas, barangkali hanya kendaraan dan beberapa alat elektronik yang tidak seberapa harganya. gelar yang panjang, pekerjaan, pertemanan semuanya tidak bisa diwariskan, kecuali orang-orang yang kutinggalkan menjaga silaturahmi dengan semuanya.

blog ini mejadi salah satu peninggalan penting yang ingin kuwariskan ke pada keponakanku jika aku mati kelak. aku ingin dia mengetahui semua rahasiaku perihal hidup yang kulewati. aku tahu, kami memiliki kedekatan secara emosional sejak dia lahir. biar pun ia tumbuh dengan didikan agama yang lumayan kental kupikir semakin dewasa nanti ia akan semakin banyak melihat dunia dan menemukan diriku tidak semenjijikkan pandangan orang terhadap golonganku. 

jika ada hal-hal yang ingin kuwariskan, aku ingin mewariskannya kepada keponakan pertamaku. 

rabu seperti biasa.

ini minggu kedua selepas ujian akhir semester anak-anak, aku tidak pergi ke kota antah berantah. kau tahu aku akan selalu mulai over thinking jika mingguku banyak menghabiskan waktu luang dengan tidak berkegiatan. belakangan masalah masih saja sama, seputar itu-itu saja, pekerjaan, usaha, keuangan, pertemanan dan pergerakan yang ingin terus kuusahakan membantu mana yang bisa kubantu. maret rencananya kami akan mengadakan International Women Day sedangkan sabtu nanti aku akan ada pameran buku di Lico juga rapat offline dengan rekan-rekan IWD. di minggu yang kesekian ini tentu aku juga terus mengingatmu, namun ingatan tentangmu mejadi sebuah kekesalan akhir-akhir ini, tapi tidak apa, aku tahu sejak lebih dari lima tahun yang lalu kau memang begitu. aku berusaha mengalihkan semuanya dengan melakukan hal lain. aku mencoba membuka hati dengan segala kemungkinan yang ada, entah itu pekerjaan baru, kehidupan percintaan baru, aku ikut saja ke mana Tuhan membawaku.  
aku sadar Tuhan mejawab beberapa doaku yang kurang detail tentang sesuatu. salahku memang, barangkali Tuhan sengaja menguji di tepi-tepi hal yang aku luput menambahkannya dan memintanya. tulisan ini tidak lagi tentangmu. hanya tentang kesibukanku dan kekosongan waktuku. 

aku megenal seseorang belakangan ini, lebih dewasa dalam umur namun kupikir tidak begitu dewasa dalam banyak hal, yang membuatku kesal ia berbintang sama sepertimu. aku bertanya apakah aku memang sekuat itu hingga Tuhan lagi-lagi mempertemukan aku degan seseorang yang berzodiak sama  denganmu, apakah ketabahanku harus terus diuji? aku tidak berharap banyak dari orang ini, aku tahu kehidupannya yang penuh drama dan complicated membuat hatiku membatu. bahkan mengenalmu bertahun-tahun sudah cukup membuatku mejadi batu. 
aku sudah meyiapkan perisai untuk hatiku walau kadang masih saja aku merasa sakit dan menangis lalu memilih lebih baik mejauh dan diam menangis sendiri di kamar, di lain sisi aku juga ingin sembuh dan hidup sehat secara emosional. otak bodohku kadang masih saja berpikir barangkali sedikit luka lagi tidak apa jika memang toh hidup ini dibangun dari tumpukan rasa kecewa; kadang kita dikecewakan kadang kita yang mengecewakan.

Minggu, 21 Februari 2021

Dua Minggu

kurang lebih ini sudah dua minggu berlalu dari pertengkaran yang kita lewati degan hal yang itu-itu saja. aku baik-baik saja dan aku tahu kau juga baik-baik saja di sana. sebisa mungkin aku menahan diri untuk tidak meghubungimu. aku tahu ini hanya fase yang harus kita lewati degan banyak ketabahan. aku harap suatu saat kita akan bisa bertemu dan berbicara degan kepala dingin bagai seorang sahabat lama yang rindu akan tawa dan lelucon garing kita bersama. barangkali tidak dalam waktu dekat, karena masing-masing kita akan berusaha meyembuhkan segala luka dari dalam diri kita.

Kamis, 04 Februari 2021

kesekian kalinya

dulu seseorang selalu berkata padaku bahwa alasan megapa ia jarang mmeinta maaf karena ia tidak ingin mejadikan perkataan maafnya mejadi begitu murahan. jika ia megucapkan maaf itu akan mejadi benar-benar permintaan maafnya. dulu aku mempercayai semua tai kucing atas apa pun yang ia katakan. barangkali lebih tepatnya megalah, tidak ingin meributkan hal yang itu terus menerus karena bagaimana pun, aku salah atau dia salah, tetaplah harus aku yang megucapkan maaf. 

setelah sekian lama, 5 tahun lebih aku megenal orang ini, aku tahu, dia tidak pernah meminta maaf bukan agar permintaan maafnya tulus, tapi karena setan di tubuhnya yang begitu egois, memangsa jantung dan hati orang lain hingga bersisa ampas. lihatlah belakangan ini, ia berkali-kali berucap maaf hanya agar aku bertahan, namun sebentar saja aku ingin tenggelam dalam harapanku, ia akan memulai lagi memiting jantungku, meremas hatiku, megorek lukaku. ia ingin aku bertahan agar ia lebih puas meyiksaku. agar tidak ada orang lain yang bisa membuatku bahagia, karena baginya meghancurkanku barangkali akan membuat hidupnya merasa lebih baik.


jaket lusuh

hari ini aku membuka lemari pakaianku menyusun ulang beberapa helai ingatan dan membersihkan debu dari kenangan. aku melihat jaket sag...