dulu seseorang selalu berkata padaku bahwa alasan megapa ia jarang mmeinta maaf karena ia tidak ingin mejadikan perkataan maafnya mejadi begitu murahan. jika ia megucapkan maaf itu akan mejadi benar-benar permintaan maafnya. dulu aku mempercayai semua tai kucing atas apa pun yang ia katakan. barangkali lebih tepatnya megalah, tidak ingin meributkan hal yang itu terus menerus karena bagaimana pun, aku salah atau dia salah, tetaplah harus aku yang megucapkan maaf.
setelah sekian lama, 5 tahun lebih aku megenal orang ini, aku tahu, dia tidak pernah meminta maaf bukan agar permintaan maafnya tulus, tapi karena setan di tubuhnya yang begitu egois, memangsa jantung dan hati orang lain hingga bersisa ampas. lihatlah belakangan ini, ia berkali-kali berucap maaf hanya agar aku bertahan, namun sebentar saja aku ingin tenggelam dalam harapanku, ia akan memulai lagi memiting jantungku, meremas hatiku, megorek lukaku. ia ingin aku bertahan agar ia lebih puas meyiksaku. agar tidak ada orang lain yang bisa membuatku bahagia, karena baginya meghancurkanku barangkali akan membuat hidupnya merasa lebih baik.
Kamis, 04 Februari 2021
kesekian kalinya
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
jaket lusuh
hari ini aku membuka lemari pakaianku menyusun ulang beberapa helai ingatan dan membersihkan debu dari kenangan. aku melihat jaket sag...
-
tadi malam itu aku sama sekali gak ada kepikiran si kakak Guru ngaji zaman kuliah dulu, memang aku temenan sama beliau di fb tapi kayak nya ...
-
aku tdak akan kaget dengan semua hal ini, toh ini bukan sesuatu yang baru bagi hatiku. ditinggalkan saat terpuruk? ah, aku akan menjadi te...
-
Sebelumnya saya pernah menulis tentang Tuhan, Cinta dan Lesbian Bersuami dalam blog ini, dan sekarang sedikit melanjutkan pembicaraan tent...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar