Kamis, 20 Agustus 2015

Ia Ayahku

Kau tahu apa yang paling membahagiakan menjadi anak Ayahku? Anak dari seorang lelaki keras kepala, hanya seorang guru di sekolah Madrasah, yang selalu menjunjung harga dirinya, menjaga marwah keluarga, selalu keras mendidik ketiga putrinya? 

Anak dari seorang lelaki yang bahkan hanya seorang perantauan di kampung istrinya, namun hampir seluruh orang di desa mengenalnya. Ia lelaki paling ramah yang ku kenal bahkan pada semua orang. Lelaki pemilik cita-cita tinggi untuk ketiga putrinya. 

Kau tahu, dibalik keras sikap Ayahku, ada hati yang benar-benar tulus dan lembut. Sensitif dan bersahaja. 

Aku tahu tak banyak yang bisa kubanggakan darinya, ia hanya punya cita-cita tinggi, namun tubuhnya tidak terbiasa bekerja terlalu keras. Ia seorang pemikir, cerdas, bukan orang lapangan yang bisa kuat menahan beban.

Ia menceritakan mimpinya, menularkan semangatnya, menurunkan kebaikannya kepada kami. Ia, lelaki sederhana itu tak pernah menyerah untuk ketiga putrinya. 

Katakanlah kau menginginkan sesuatu, ia akan tahajud malam untuk memintakannya pada Allah SWT, ia memang tak punya banyak materi tetapi ia punya banyak cinta untuk kami. 

Ia Ayahku, sebelum aku meminta ia mendoakan keinginanku, ia bahkan selalu bertahajud di sepertiga malam. Aku senang jika baru gajian, menyisihkan sedikit penghasilanku untuknya, maka esok ketika kiriman sudah sampai ia akan menelpon dan berucap syukur, berkata tidak usah dikirim uang yang penting aku sehat, kemudian berterima kasih beberapa kali. Ia Ayahku. Lelaki satu-satunya yang pernah menemani hidupku hingga sekarang.

Semoga Allah selalu menjagamu, membahagiakan dunia dan akhiratmu. Aamiin Yarabbalalamin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

jaket lusuh

hari ini aku membuka lemari pakaianku menyusun ulang beberapa helai ingatan dan membersihkan debu dari kenangan. aku melihat jaket sag...