Minggu, 16 Agustus 2015

Kegalauan yang Berlarut-larut


 “Cintaku tak setebal novel kesayangmu
Tiba sampai lembar terakhir maka berakhir pula rasa itu
Tidak, tidak.
Kau kelemahan sekaligus kekuatanku
Jangan pergi. Jangan pergi” Lullaby


Aku mengenal wanita ini lebih dari 5 tahun yang lalu, kami berkenalan melalui media sosial. Namanya Silver dan saat itu aku memakai nama depanku sebagai nama akun ku. Kami suka membahas hal-hal konyol, berkomentar yang tidak nyambung serta status antah berantah lainnya. Suatu hari ia meminta nomor telpon ku, saat itu aku masih awal mengenal dunia lesbian dan baru membuka akun facebook khusus lesbian sekitar 1 tahun. Awalnya aku sempat menjalin hubungan dengan seseorang, penyuka hujan, bermata sendu sayang aku hanya dijadikan selingkuhan.

Kemudian Silver datang, kupikir akun lesbian hanya untuk iseng saja, saat kutanya Silver ternyata ia tingal di kota Aceh sedangkan aku ada di Medan, jadi kupikir kami tidak akan pernah bertemu, lagi pula aku belum siap untuk menghadapi kenyataan pacaran di dunia nyata dengan seorang wanita. Ternyata 2 mingggu sekali ia diberi ijin untuk pulang ke Medan maka kami pun memutuskan bertemu.

Singkat cerita satu tahun kami menjalani LDR Aceh-Medan kemudian setelahnya kami tinggal bersama. Ia memutuskan pindah kerja ke kota Medan agar bisa menjagaku yang sering sakit saat itu karena kondisi tubuh yang tidak stabil. Hari berjalan indah, banyak sekali kebahagiaan yang kami bagi bersama juga tangis dan amarah disela-sela kebahagiaan, kata  putus sambung dalam hubungan juga biasa, semua tak menjadi masalah, kami bisa menghadapinya. Aku berselingkuh, ia memafkan. Kami berbaikan dan melanjutkan hidup bersama, hingga suatu hari kami bertengkar dan tak satu pun ingin memperbaiki, saling mendiamkan saling tidak perduli.

Aku pasti selalu menjadi orang pertama yang mengajaknya berbicara lagi, namun kali ini ia tidak ingin membicarakannya, hingga berbulan-bulan hubungan kami pun menggantung. Ia sibuk dengan kantor barunya, teman-temannya juga wanita yang tanpa sengaja kubaca dari buku hariannya ia tuliskan sebagai seseorang yang juga ia kagumi. Hingga tiba pada saat itu aku tahu alasannya. Dia jenuh dengan hubungan kami, dengan sikapku. Kutanyakan bagaimana hubungan kami, ia katakan sudah berakhir. Maka akupun mempersiapkan hati, sambil sesekali menebar pesona di media sosial.

Tak lama aku pacaran dengan seorang wanita yang masih dekat dengan kotaku. Silver bertanya, aku menjelaskan semuanya namun ternyata saat itu ia menangis, ia katakan semua salahku. Aku tidak pernah belajar dari kesalahanku dan hal-hal lainnya. Saat aku meminta putus ia sibuk memperbaiki dan membujuk agar kami baikan kembali namun saat ia meminta putus ternyata aku menyerah dan justru mencari wanita lain. Aku tidak paham dengan penjelasannya sebab sebelumnya aku sudah bertanya dan mengkorfirmasi namun mungkin karena saat itu kami sama-sama emosi maka kata sayang dan cinta jauh kami simpan didasar hati.

Hanya satu bulan lebih akhirnya aku menyerah dengan wanita yang baru ku kenal itu, selain ia selalu cemburu dengan Silver ia juga sangat labil dan aku muak. Aku memutuskan berpisah, karena aku tahu saat itu aku tidak menginginkan orang lain selain Silver. Aku tahu bagaimana rasanya kehilangan dia, benar-benar menyiksa. Sayang, saat ia tahu aku putus egoisnya kembali ada dipuncak, mengejekku dengan sindiran. Dia tahu aku lemah tanpanya, dia tahu betul aku masih sangat mencintainya, masih menginginkannya ada dalam hidupku maka ia tertawa puas untuk semua kegagalan move on-ku.

Berkali-kali aku manyatakan sayang dan cinta membujuknya untuk balikan, ia tidak mau. Namun setiap kali aku dekat dengan orang lain ia cemburu. Bagaimana hubungan ini sebenarnya? Aku sudah terlalu nyaman hidup bersama dengannya dan aku tahu dia juga begitu. Kami masih tinggal bersama, sebab kami menyewa rumah bersama di kota ini, masih tidur satu ranjang tapi tidak dalam artian berhubungan seks karena sudah lebih dari satu tahun rasanya kami tidak pernah lagi having sex. Jika dikatakan itu salah satu penyebab kami putus tentu salah besar, sebab dari awal kami pacaran sex memang bukan hal yang selalu kami lakukan. Kami lebih menikmati berjalan diantara rak-rak buku atau dipinggiran pantai sambil bergenggaman.

Lalu masih cintakah ia kepadaku saat ini, aku tidak tahu. Ia kebahagiaanku sekaligus kegalauanku yang berlarut-larut. Aku mencintainya, tidak pernah sedikitpun berkurang. Entah bagaimana dengan perasaannya.
“Mengapa cinta itu harus begitu menyakitkan, bukankah kau hanya perlu bahagia ketika ada orang yang begitu mencintaimu, selalu mendahulukan kemauanmu diatas segala hal bahkan keperluannya sendiri?
Mengapa cintaku terasa begitu menyesakkanmu dan bukan membuatmu bahagia?”.


Tulisan ini dimuat di majalan Online Lesbian: Sepoci Kopi dengan beberapa editan ;)
http://sepocikopi.com/poci/2015/08/15/kegalauan-yang-berlarut-larut/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

jaket lusuh

hari ini aku membuka lemari pakaianku menyusun ulang beberapa helai ingatan dan membersihkan debu dari kenangan. aku melihat jaket sag...