“Cintaku tak setebal novel kesayangmu
Tiba sampai lembar terakhir maka berakhir pula rasa itu
Tidak, tidak.
Kau kelemahan sekaligus kekuatanku
Jangan pergi. Jangan pergi” Lullaby
Aku mengenal wanita ini
lebih dari 5 tahun yang lalu, kami berkenalan melalui media sosial. Namanya
Silver dan saat itu aku memakai nama depanku sebagai nama akun ku. Kami suka
membahas hal-hal konyol, berkomentar yang tidak nyambung serta status antah
berantah lainnya. Suatu hari ia meminta nomor telpon ku, saat itu aku masih
awal mengenal dunia lesbian dan baru membuka akun facebook khusus lesbian
sekitar 1 tahun. Awalnya aku sempat menjalin hubungan dengan seseorang, penyuka
hujan, bermata sendu sayang aku hanya dijadikan selingkuhan.
Kemudian Silver datang,
kupikir akun lesbian hanya untuk iseng saja, saat kutanya Silver ternyata ia tingal
di kota Aceh sedangkan aku ada di Medan, jadi kupikir kami tidak akan pernah
bertemu, lagi pula aku belum siap untuk menghadapi kenyataan pacaran di dunia
nyata dengan seorang wanita. Ternyata 2 mingggu sekali ia diberi ijin untuk
pulang ke Medan maka kami pun memutuskan bertemu.
Singkat cerita satu
tahun kami menjalani LDR Aceh-Medan kemudian setelahnya kami tinggal bersama.
Ia memutuskan pindah kerja ke kota Medan agar bisa menjagaku yang sering sakit
saat itu karena kondisi tubuh yang tidak stabil. Hari berjalan indah, banyak
sekali kebahagiaan yang kami bagi bersama juga tangis dan amarah disela-sela
kebahagiaan, kata putus sambung dalam
hubungan juga biasa, semua tak menjadi masalah, kami bisa menghadapinya. Aku
berselingkuh, ia memafkan. Kami berbaikan dan melanjutkan hidup bersama, hingga
suatu hari kami bertengkar dan tak satu pun ingin memperbaiki, saling mendiamkan
saling tidak perduli.
Aku pasti selalu menjadi
orang pertama yang mengajaknya berbicara lagi, namun kali ini ia tidak ingin
membicarakannya, hingga berbulan-bulan hubungan kami pun menggantung. Ia sibuk
dengan kantor barunya, teman-temannya juga wanita yang tanpa sengaja kubaca
dari buku hariannya ia tuliskan sebagai seseorang yang juga ia kagumi. Hingga
tiba pada saat itu aku tahu alasannya. Dia jenuh dengan hubungan kami, dengan
sikapku. Kutanyakan bagaimana hubungan kami, ia katakan sudah berakhir. Maka
akupun mempersiapkan hati, sambil sesekali menebar pesona di media sosial.
Tak lama aku pacaran
dengan seorang wanita yang masih dekat dengan kotaku. Silver bertanya, aku
menjelaskan semuanya namun ternyata saat itu ia menangis, ia katakan semua
salahku. Aku tidak pernah belajar dari kesalahanku dan hal-hal lainnya. Saat
aku meminta putus ia sibuk memperbaiki dan membujuk agar kami baikan kembali
namun saat ia meminta putus ternyata aku menyerah dan justru mencari wanita
lain. Aku tidak paham dengan penjelasannya sebab sebelumnya aku sudah bertanya
dan mengkorfirmasi namun mungkin karena saat itu kami sama-sama emosi maka kata
sayang dan cinta jauh kami simpan didasar hati.
Hanya satu bulan lebih
akhirnya aku menyerah dengan wanita yang baru ku kenal itu, selain ia selalu
cemburu dengan Silver ia juga sangat labil dan aku muak. Aku memutuskan
berpisah, karena aku tahu saat itu aku tidak menginginkan orang lain selain
Silver. Aku tahu bagaimana rasanya kehilangan dia, benar-benar menyiksa.
Sayang, saat ia tahu aku putus egoisnya kembali ada dipuncak, mengejekku dengan
sindiran. Dia tahu aku lemah tanpanya, dia tahu betul aku masih sangat
mencintainya, masih menginginkannya ada dalam hidupku maka ia tertawa puas
untuk semua kegagalan move on-ku.
Berkali-kali aku
manyatakan sayang dan cinta membujuknya untuk balikan, ia tidak mau. Namun
setiap kali aku dekat dengan orang lain ia cemburu. Bagaimana hubungan ini
sebenarnya? Aku sudah terlalu nyaman hidup bersama dengannya dan aku tahu dia
juga begitu. Kami masih tinggal bersama, sebab kami menyewa rumah bersama di
kota ini, masih tidur satu ranjang tapi tidak dalam artian berhubungan seks
karena sudah lebih dari satu tahun rasanya kami tidak pernah lagi having sex.
Jika dikatakan itu salah satu penyebab kami putus tentu salah besar, sebab dari
awal kami pacaran sex memang bukan hal yang selalu kami lakukan. Kami lebih
menikmati berjalan diantara rak-rak buku atau dipinggiran pantai sambil
bergenggaman.
Lalu masih cintakah ia
kepadaku saat ini, aku tidak tahu. Ia kebahagiaanku sekaligus kegalauanku yang
berlarut-larut. Aku mencintainya, tidak pernah sedikitpun berkurang. Entah
bagaimana dengan perasaannya.
“Mengapa cinta itu
harus begitu menyakitkan, bukankah kau hanya perlu bahagia ketika ada orang
yang begitu mencintaimu, selalu mendahulukan kemauanmu diatas segala hal bahkan
keperluannya sendiri?
Mengapa cintaku terasa
begitu menyesakkanmu dan bukan membuatmu bahagia?”.
Tulisan ini dimuat di majalan Online Lesbian: Sepoci Kopi dengan beberapa editan ;)
http://sepocikopi.com/poci/2015/08/15/kegalauan-yang-berlarut-larut/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar