Rabu, 30 September 2020

Day #9 Write about Happiness

Bangun pagi dengan perasaan lega sebab malam menikmati tidur dengan pulas. Berleha-leha di rumah seharian atau pun pergi kerja dengan perasaan antusias. Percakapan-percakapan panjang yang tanpa janji atau paksaan. Tawa renyah karena hal-hal konyol dan imajinasi absurd ketika bersama kawan-kawan. Aroma kopi sehabis digiling dan diseduh. Pulang ke rumah selepas hari yang menjengkelkan di tempat bekerja. Berhasil menghindari kemacetan kota dan bisa melewati jalur lain yang bahkan lebih dekat dan cepat untuk tiba di rumah. Aroma minyak rambut Ayah juga harum masakan ibu di dapur sepulang sekolah. Bunyi pesan masuk pertanda gaji sudah dibayarkan. Menemukan buku yang dicari sejak lama bertengger di toko buku langganan. Duduk di teras sambil mendengarkan lagu kesayangan. Bermain dengan kucing peliharaan. Memandangi tumbuhan yang coba ditanam. Melihat langit senja dengan lamunan di kepala. Mendengar kabar baik dari beberapa saudara.

 

Selasa, 29 September 2020

Day #8 The Power of Music

Untuk urusan musik aku tidak pernah cocok dengan lagu yang punya musik upbeat, atau keras, aku lebih memilih menikmati lirik-lirik lagu. Sepertinya semua ini juga terpengaruh oleh umur yang semakin menua, lebih menyukai cerita-cerita pada lirik sebuah lagu yang coba ingin disampaikan oleh penulisnya. Tapi sebenarnya aku cukup payah urusan selera musik juga hal-hal berbau musik, aku sama sekali tidak punya darah musik mengalir dalam tubuhku.

Day #7 Favorite Movie

Karena aku tidak terlalu suka bercakap-cakap, banyak waktu kuhabiskan selain dnegan membaca buku tentu menonton film. Dari berbagai gendre tentu saja karena aku tidak terllau memperdulikan soal gendre apa yang paling kusuka, aku lebih memilih film sesuai mood atau yang direview bagus oleh banyak orang, terutama film-film bertema lgbtq+.

Film favorite mungkin yang pernah berulang kali kutonton saja dan yang ingat untuk kuceritakan. Aku suka film The Devil Wear Prada, Street Dance, Booksmart, GoT dan banyak lainnya, terutama film lesbian, aku tentu sering mengulang-ulangnya saat aku butuh hiburan dan moodku memang sedang ingin nonton film. Aku lebih suka film-film berat saat moodku bagus, tapi jika sedang sedih biasanya aku mengulang film Booksmart, atau The Devil Wear Prada jika aku butuh sentuhan motivasi dalam jiwaku yang lemah.  


 

Day #6 Single and Happy (2)

Ternyata keinginan menceritakan soal single dan happy ini di podcast gagal, aku lebih memanjakan kemalasanku ketimbang membuat tulisan atau menceritakannya di podcast tapi malam ini aku coba saja menulis sedikit perihal ini karena aku sudah mencoba tidur tapi kantuk lenyap entah kemana.

Dulu sebelum aku melibatkan diri dalam dunia lgbtq+ rasanya seumur hidup aku single biar pun pernah berpacaran dengan lelaki yang sama sekali tidak pernah membuatku jatuh cinta. Ya, saat itu memang bahagia, lalu moment saat putus dari mantanku aku juga pernah single mungkin setahun dua tahun atau entahlah, ada beberapa hubungan singkat di situ jika itu disebut pacaran, barangkali mungkin, jika tidak juga bisa saja. 

Lalu apakah berarti ketika single aku juga merasa happy, tidak juga. Tapi dibanding bersama dengan orang yang salah kupikir single jauh lebih baik, atau setidaknya kau bisa punya banyak waktu untuk memahami keinginan diri sendiri, kepentingan diri sendiri atau memutuskan sesuatu hal sendiri.

Menjadi single saat umurku di kepala tiga seperti sekarang kurasa sebuah kesepian, sedangkan aku tidak single saja kesepian karena memang aku tinggal sendiri sekarang. Aku tidak suka banyak orang tapi kalau sampai sama sekali tidak ada orang di rumah juga aku tidak suka. Namun begitu hidup harus tetap dijalani. Single dan mencoba happy barangkali satu-satunya cara merawat kewarasan akhir-akhir ini. 


 

 

Sabtu, 26 September 2020

Day #6 Single and Happy

 Kupikir aku akan membuat sebuah Podcast tentang ini, aku sedang malas sekali menulis, jadi aku akan bercerita di podcastku malam ini, nanti aku akan memposting linknya di bawah tulisan ini.





.

Jumat, 25 September 2020

Day #5 My Parents

Aku pernah menulis sebuah tulisan di blog milikku satu lagi, waktu itu sempat aku posting juga di facebook, aku membuat sebuah cerita tentang bagaimana ayah dan mamak berkomunikasi di keluarga kami, perihal kehidupan mereka dan sebagainya. Sampai sekarang aku masih menyukai tulisan itu, kupikir itu adalah tulisan paling manis yang kubuat untuk kedua orangtuaku. 

Ayah dan Mamak sama seperti orang tua lain, aku pikir tidak ada yang terlalu spesial dari mereka, hanya mereka berdua bisa bersekolah sampai SMA bagiku itu sesuatu privilese yang luar biasa untuk mereka tapi entah mengapa mereka hidup miskin aku juga tidak paham bagaimana mereka memangemen kehidupan keuangan mereka. Tidak terlalu miskin sekali, hanya kupikir kehidupan kami amat sangat sederhana untuk ukuran seorang anak seperti aku yang ingin bisa masuk di sekolah bagus, bisa pergi les di mana saja yang aku mau, karena aku memang suka aktif dan belajar sejak dulu, biar pun tidak terlalu suka belajar karena bagiku ketika aku tidak belajar aku setara dengan peringkat 1 -3 besar di sekolah, apalagi aku belajar. Aku ingin bersekolah di sekolah yang memiliki banyak siswa, kelasnya banyak, bersaing dengan banyak orang, yah, tapi hal-hal seperti itu barangkali tidak pernah terpikir oleh orang tuaku semasa mereka muda, mungkin mereka hanya memikirkan bagaimana mereka hidup muda seenak mereka.

Aku tidak terlalu suka membahas masalah ini, karena banyak yang kusesalkan dalam hidupku, tapi semuanya harus kumaafkan. Aku banyak sudah memaafkan hal-hal yang membuatku sakit, aku harus berdamai dengan banyak hal. Rasanya luka masa laluku tidak bisa disembuhkan dengan apa pun tapi paling tidak aku berusaha untuk mencobanya.  


Kamis, 24 September 2020

Day #4 Places I Want to Visit

Aku bukan seorang pejalan yang sangat rajin bepergian, aku lebih menikmati bermalas-malasan dan membicarakan perihal hidup dengan sahabat dekat. Selebihnya jika aku harus pergi, itu karena memang aku benar-benar ingin atau karena alasan penting lain, kerjaan atau mengunjungi saudara. Aku tidak perduli dengan istilah menyimpan memori untuk masa tua, karena bagiku masa tuaku akan kuhabiskan dengan membaca, menonton, menyayangi kucing, memelihara tanaman, terlalu sibuk dan aku tidak terlalu suka bercakap-cakap dengan manusia lain selain memang beberapa sahabat yang kupilih untuk menetap di kehidupanku. Namun aku akan memilih beberapa tempat yang ingin kudatangi jika memang harus menceritakannya dalam tulisan ini, aku suka pantai atau pun pegunungan, tapi jika ditanya apakah aku akan menikmati air dan berenang di pantai, tentu saja tidak, aku hanya akan duduk melamun di tepi pantai, begitu juga dengan gunung, aku hanya pernah beberapa kali menanjak, itu pun tidak terlalu tinggi. 

Jika disuruh memilih negara, kupikir aku akan memilih New Zeland, aku tidak tahu punya ingatan apa tentang negeri itu hanya saja aku pernah melihat foto dan video-video tentang negeri itu dan itu seolah tersimpan di kepalaku. Beberapa kali kucoba membaca soal beasiswa yang bisa membawaku di sana, tapi daya juangku sungguh sudah tidak sekuat dulu. Kupikir aku hanya akan lebih suka menghabiskan waktuku di rumah, dan sebaiknya mengambil S3 di kota ini saja agar tidak perlu pergi jauh.


 

Rabu, 23 September 2020

Day #3 A Memory

Kau tahu aku tumbuh dengan ingatan masa kecil yang tidak menyenangkan tentang ayahku, dan itu sedikit banyak mempengaruhi tumbuhku. Aku tahu barangkali dia juga tidak tumbuh dengan ingatan masa lalu yang membahagiakan, banyak tekanan dan barangkali banyak impian yang akhirnya gagal ia wujudkan. Persoalan kehidupan pribadi dan luka masa lalunya aku tidak bisa menyembuhkan, tapi bukan berarti dia layak memperlakukan masa kecilku dengan banyak ingatan buruk yang akhirnya kubawa tumbuh bersamaku. 
Barangkali anak-anak memang menyebalkan, tapi kupikir aku adalah anak yang sangat patuh, aku hanya sering pergi main ke rumah tetangga dan pulang karena sudah dipanggil, sering melewatkan makan siang saat ayah sudah di rumah dan biasanya kami akan makan bersama, ketika ayah pulang aku tidak ada maka aku akan dipanggil mamak dengan berteriak agar terdengar saat aku bermain beberapa rumah jauhnya. Kalau terlalu lama tiba maka itu menjadi bagian ayah untuk menghajarku. 
Bagiku semua itu terlalu kelam, suram, muram, hanya mendung gelap yang bisa kubayangkan jika mengingat masa itu. Aku benci. Aku tidak membenci ayahku secara keseluruhan, aku hanya membenci beberapa bagian dari dirinya dan aku entah mengapa belum bisa berdamai dengan hal itu, hingga saat ini jika aku teringat atau melihat anak-anak lain diperlakukan demikian rasanya dada dan kepalaku akan terasa begitu panas dan ingin meledak, seolah aku akan melawan siapa saja yang aku bisa asal kejadian itu tidak berulang. 
Menjadi orang tua tentu tidak mudah, tapi ketika kau memilih untuk menikah dan mempunyai anak atas kesadaran yang kau lakukan, baik dengan alasan patah hati atau kau terlalu pemalas untuk sanggup membiayai hidupmu sendiri atau hal lainnya, menyakiti hati anak-anak tentu saja tidak dibenarkan. Ingatan itu akan membekas dan merusak sikologisnya hingga ia dewasa. Banyak hal yang ingin kutulis tapi kupikir aku tidak baik membaginya begitu saja. Butuh pembicaraan lebih mendalam sebab semua kesuraman itu hanya akan membuatku murung berhari-hari. 

 

Selasa, 22 September 2020

Day #2 Things that makes me happy

Pagi yang tidak biasa hari itu di mana kuhabiskan malam dengan gelisah menunggu pagi, hari di mana aku akan menjemputmu di stasiun untuk pertama kali. Aku masih ingat kebahagiaan itu hingga detik ini, debar jantung yang tidak karuan juga senyum yang mengembang tak ingin diam. Hari itu sungguh membuatku kikuk. Hari-hari selepas hari itu aku tahu kebahagiaan seperti apa yang kuinginkan ke depan. Ingin terus bisa bersamamu membuatku berjuang memperbaiki hidupku. Saat itu aku tahu, kau adalah salah satu yang menjadi sumber paling dasar dari segala kebahagiaanku yang lain. Segala kesedihan dan kesusahan selepas bertemu denganmu sepadan dengan bagaimana aku begitu mencintaimu, dan aku tahu betul aku berurusan dengan kesakitan macam apa, semakin aku mencintaimu maka semakin sakit kurasakan hal-hal lain jika tidak seperti yang kuharapkan terjadi. 

 

:: Selasa


 

Selasa adalah ingatan sebelum tiga bulan lamanya kau tinggalkan aku sendiri di sini.

Selasa adalah tempias di pipi, resah yang tak mau pergi dan ingatan yang terulang kembali.

Selasa adalah kesedihan bernada sumbang yang terus berulang.

Selasa adalah kepergian yang tak bisa kularang.



Day #1 My Personality

Sewaktu kuliah S1 saya pernah melakukan personality test dengan buku Personality Plus, saya mendapati diri saya seorang Sanguin, saya lupa gabungan Sanguin dengan Koleris atau Melankolis, tapi yang jelas Sanguin itu saya yakini memang tipe personality saya saat itu, karena memang saya periang sekali semasa kuliah, tidak bisa diam, mempunyai banyak kegiatan, banyak organisasi saya ikuti, seminar, bahkan saya juga pernah jadi bagian dari BEM Universitas dan BEM Fakultas. 

Segala keceriaan itu bertahan hingga saya menyelesaikan S1, mulai kerja saya semakin menarik diri bahkan benar-benar tidak mengikuti kegiatan apa pun lagi. Lulus kuliah saya tahun 2009 saya hanya fokus kerja, di 2010 saya berpacaran dengan mantan saya yang keturunan Tionghoa dan putus di tahun 2014an, tapi di tahun 2012 saya melanjutkan kuliah, selesai di tahun 2014. Semua saya lewati tanpa kegiatan bermasyarakat yang terlalu berarti, bisa dibilang hanya mengurus diri sendiri (bucin), di tahun 2009an itu hingga 2014 saya merasa saya terlalu menikmati dunia lesbian saya, terlalu tenggelam begitu dalam, hingga saya tenggelam dan tidak ada yang berhasil menarik saya ke luar dari kubangan kebodohan saya. Setelah saya putus perlahan rasanya lembaran hidup baru pun terbuka, saya belajar banyak hal, berdamai dengan lebih banyak hal lagi. Di tahun 2015 saya bergabung dengan komunitas menulis dan bertemu dengan banyak orang baik. 

Tahun-tahun panjang yang saya lewati dengan kehilangan banyak orang, baik ditinggal selamanya oleh kedua orang tua saya atau pun sekadar ditinggal putus menjadikan kepribadian saya berbalik 180 derajat.

Sejak itu banyak malam saya habiskan dengan menangis tanpa sebab, segalanya terlihat begitu suram, memandang segala hal lebih banyak dari sisi negatif dibanding positif, mencurigai semua manusia, mengungkit luka-luka masa kecil dan segala kesedihan lainnya. Benar-benar muram rasanya.

September 2015 saya berpacaran dengan Al hingga saat saya menulis ini, bertemu dengan Al menguji diri saya terutama mental. Saya berdarah dan sembuh dengan luka yang terbuka dan terbalut sendiri. Menguji ketabahan diri dan mengurangi keegoisan diri. Saya pikir Al adalah sebuah pelajaran sekaligus karma baik untuk saya.

 

~the End~

 




Senin, 21 September 2020

30 Day Writing Challenge!

Saya mau ikutan tantangan 30 hari nulis, apakah kira-kira saya akan serajin itu untuk berkomitmen? Wait and see!



Jumat, 18 September 2020

jaket lusuh

hari ini aku membuka lemari pakaianku menyusun ulang beberapa helai ingatan dan membersihkan debu dari kenangan. aku melihat jaket sag...