Selasa, 09 Januari 2018

bulan terkurang ajar by AL

dua ribu delapan belas, bulan pertama di tahun terkurang ajar kita membenturkan prasangka paling purba. rasanya langit tak lagi merah jambu setelah hari itu, hari dimana kepercayaan menjadi murah bahkan tak berharga. selepas segala hal berlalu-lalang di kepala dan hati kita, kita berkemas. 

harus ada yang selesai jika ingin memulai. katamu aku perempuan berhati kepang dua. bulan pertama di tahun terkurang ajar kita menemukan segala yang tega, orang ketiga, juga masa lalu yang bernama curiga. setelah ini semua, akankah kita bertanya-tanya, hati siapa yang paling berdarah-darah atau siapa yang lebih dulu dan siapa yang kemudian.

dua ribu lima belas, bulan ke sembilan di tahun serupa peluk kita saling memberi jalan pada ingatan. rasanya langit waktu itu bewarna merah muda, sangat muda hingga aku tak rela untuk lupa. kita berangkat, dan aku mencintaimu sampai tujuan. kau bahkan perjalanan itu sendiri yang dimana aku tak ingin berhenti.

purnama pertama di akhir tahun yang serupa peluk itu kita pandangi dengan rindu yang kuyup. rasanya waktu itu keresahan-keresahanku terasa cukup. tak ada ketakutan yang menuntut, rasanya hanya ada kebagaian yang terus menguap hingga aku sadar hatiku serupa balon udara yang kapan saja siap meledak dan jatuh.

kau perempuan bermata rahasia dengan punggung yang serupa semesta, kini rasanya banyak ketika, ketika kita memilih menjadi asing, ketika binar matamu tidak lagi menyalakan aku, ketika sela jemarimu tidak lagi serupa api unggun. kenapa ketika aku begitu mencintaimu, rasanya kau sudah berjalan terlalu jauh? tak bisakah kau kembali dengan hati lima belas september?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

jaket lusuh

hari ini aku membuka lemari pakaianku menyusun ulang beberapa helai ingatan dan membersihkan debu dari kenangan. aku melihat jaket sag...