Senin, 08 Januari 2018

selamat malam, wahai hati.

wahai hati, 

malam ini aku ingn menuliskanmu sepucuk surat apakah bentuk surat elektronik juga masih dapat disebut sepucuk atau tidak, aku tak tahu pasti. bukan itu yang ingin kubahas padamu, aku ingin menanyakan perihal beberapa hal, semacam pertanyaan-pertanyaan ganjil yang kau sendiri pastinya yang tahu tanpa perlu bertanya pada logika atau apa saja selain dirimu. 

aku mau tahu apa yang sebenarnya terjadi padamu belakangan ini? kulihat kau tak lagi dengan bentukmu yang sama, seperti babak belur dihajar masa, tubuhmu berbalut perban dan air mata. apa yang terjadi selama ini, apakah kau tidak menggunakan pelindung untuk dirimu sendiri atau kau yang mencari-cari masalah kepada siapa saja yang datang menyapa?
dengar lah kau wahai hati. aku bukan tidak memperhatikan gelagatmu belakangan ini, kau lebih banyak menyendiri di sudut sepi, sesekali kau berdansa dalam sunyi, matamu kosong, lalu kulihat kau nanar meratapi hari. apa yang sungguh kau sembunyikan dari hidup ini? mengapa kau tak pernah berbagi pada semesta yang lapang, yang dapat menampung segala duka, yang dapat memenangkan segala iba. 

berkali-kali kukatakan padamu, kau bukan pohon tak berkaki, saat kau disakiti jangan kau pilih menetap hingga mati. kau bisa lari sesuka hati. aku akan meminjamkan sepasang sayap untuk kau pergi. sesekali jenguk lah aku disini, biar tak apa, aku bisa berdoa dari jarak beribu lapis bumi, semoga kau berhenti pada rumah yang kau cari. bukan sekedar singgah dan pergi lagi, menetaplah dan kau harus bahagia. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

jaket lusuh

hari ini aku membuka lemari pakaianku menyusun ulang beberapa helai ingatan dan membersihkan debu dari kenangan. aku melihat jaket sag...