Seninku berupa kabut setebal belukar, duri-durinya menusuk diri sendiri.
sakit, tapi beberapa hal menyadarkanku, bahwa di saat terpuruk sekali pun, aku melihat mana duri yang membunuh mana yang membuat tumbuh.
Seninku berupa kabut setebal belukar, duri-durinya menusuk diri sendiri.
sakit, tapi beberapa hal menyadarkanku, bahwa di saat terpuruk sekali pun, aku melihat mana duri yang membunuh mana yang membuat tumbuh.
siang ini aku melihat berita di internet bahwa China membuat sebuah home robot and robotic pet kucing. dari semua berita sedih belakangan yang aku baca berita ini sungguh kurasa paling menyedihkan. bagaimana rasanya menua dengan memelihara sebuah robot kucing, bahkan mereka tidak bisa kau sebut seekor kucing sebab mereka hanya seonggok mesin yang ditambahkan segala kepintaran yang tidak akan pernah cukup mengganti kelemahan afeksi tubuh mereka, bulu dan sentuhan yang bisa diberikan kucing sungguhan. segalanya akan berganti robot, begitu kabarnya.
bagaimana rasanya pulang ke rumah lalu kau disambut dengan sebuah robot peliharaanmu? kau akan mengajak mereka bermain, tapi mereka tidak akan merusak hordenmu, mencakar tempat tidurmu, jok motormu, tidak akan ada aroma poop bercampur pasir wangi yang seharusnya kau beli bulanan, tidak butuh ke dokter hewan untuk memeriksakan mengapa kucingmu terlihat tidak berselera makan akhir-akhir ini, juga tidak akan ada cakaran dan gigitan di tanganmu.
kuharap anak cucu cicitku masih cukup waras untuk merawat jiwa-jiwa mereka kelak.
hidup belakangan ini semakin terasa berat sekali. dari semua hal yang sudah sebaik mungkin coba untuk saya lakukan, pertahankan, perjuangkan rasanya semuanya mental dan berbalik memukul diri. saya ingin selalu bisa setabah mungkin. saya ingin sekuat itu. bahkan saat tanpa sadar air mata jatuh saya terus berusaha meyakinkan diri bahwa semua akan baik-bak saja. semua pasti ada himahnya. kejahatan yang dilakukan orang lain dengan sengaja dan tanpa bisa saya bantah itu benar-benar bikin frustasi. kerjaan benar-benar gila-gilaan. kadang saya berpikir kenapa bisa ada orang-orang sejahat mereka hidup bahagia dan berkecukupan namun suka sekali menjahati bawahan yang bahkan tidak melakukan kesalahan?
penjegalan-penjegalan atas apa yag saya usahakan dari mereka semoga dibalas Tuhan.
Saya termasuk orang yang punya circle pertemanan baik dan beruntung, punya beberapa teman baik yang memang ingin mendengarkan keadaan cerita dan kadang bergantian mereka yang bercerita dan saya mendengarkan. Saya sedang malas menulis akhir-akhir ini jadi seputar pertemanan ini saya akhiri saja.
Bangun pagi dengan perasaan lega sebab malam menikmati tidur dengan pulas. Berleha-leha di rumah seharian atau pun pergi kerja dengan perasaan antusias. Percakapan-percakapan panjang yang tanpa janji atau paksaan. Tawa renyah karena hal-hal konyol dan imajinasi absurd ketika bersama kawan-kawan. Aroma kopi sehabis digiling dan diseduh. Pulang ke rumah selepas hari yang menjengkelkan di tempat bekerja. Berhasil menghindari kemacetan kota dan bisa melewati jalur lain yang bahkan lebih dekat dan cepat untuk tiba di rumah. Aroma minyak rambut Ayah juga harum masakan ibu di dapur sepulang sekolah. Bunyi pesan masuk pertanda gaji sudah dibayarkan. Menemukan buku yang dicari sejak lama bertengger di toko buku langganan. Duduk di teras sambil mendengarkan lagu kesayangan. Bermain dengan kucing peliharaan. Memandangi tumbuhan yang coba ditanam. Melihat langit senja dengan lamunan di kepala. Mendengar kabar baik dari beberapa saudara.
Untuk urusan musik aku tidak pernah cocok dengan lagu yang punya musik upbeat, atau keras, aku lebih memilih menikmati lirik-lirik lagu. Sepertinya semua ini juga terpengaruh oleh umur yang semakin menua, lebih menyukai cerita-cerita pada lirik sebuah lagu yang coba ingin disampaikan oleh penulisnya. Tapi sebenarnya aku cukup payah urusan selera musik juga hal-hal berbau musik, aku sama sekali tidak punya darah musik mengalir dalam tubuhku.
Karena aku tidak terlalu suka bercakap-cakap, banyak waktu kuhabiskan selain dnegan membaca buku tentu menonton film. Dari berbagai gendre tentu saja karena aku tidak terllau memperdulikan soal gendre apa yang paling kusuka, aku lebih memilih film sesuai mood atau yang direview bagus oleh banyak orang, terutama film-film bertema lgbtq+.
Film favorite mungkin yang pernah berulang kali kutonton saja dan yang ingat untuk kuceritakan. Aku suka film The Devil Wear Prada, Street Dance, Booksmart, GoT dan banyak lainnya, terutama film lesbian, aku tentu sering mengulang-ulangnya saat aku butuh hiburan dan moodku memang sedang ingin nonton film. Aku lebih suka film-film berat saat moodku bagus, tapi jika sedang sedih biasanya aku mengulang film Booksmart, atau The Devil Wear Prada jika aku butuh sentuhan motivasi dalam jiwaku yang lemah.
Ternyata keinginan menceritakan soal single dan happy ini di podcast gagal, aku lebih memanjakan kemalasanku ketimbang membuat tulisan atau menceritakannya di podcast tapi malam ini aku coba saja menulis sedikit perihal ini karena aku sudah mencoba tidur tapi kantuk lenyap entah kemana.
Dulu sebelum aku melibatkan diri dalam dunia lgbtq+ rasanya seumur hidup aku single biar pun pernah berpacaran dengan lelaki yang sama sekali tidak pernah membuatku jatuh cinta. Ya, saat itu memang bahagia, lalu moment saat putus dari mantanku aku juga pernah single mungkin setahun dua tahun atau entahlah, ada beberapa hubungan singkat di situ jika itu disebut pacaran, barangkali mungkin, jika tidak juga bisa saja.
Lalu apakah berarti ketika single aku juga merasa happy, tidak juga. Tapi dibanding bersama dengan orang yang salah kupikir single jauh lebih baik, atau setidaknya kau bisa punya banyak waktu untuk memahami keinginan diri sendiri, kepentingan diri sendiri atau memutuskan sesuatu hal sendiri.
Menjadi single saat umurku di kepala tiga seperti sekarang kurasa sebuah kesepian, sedangkan aku tidak single saja kesepian karena memang aku tinggal sendiri sekarang. Aku tidak suka banyak orang tapi kalau sampai sama sekali tidak ada orang di rumah juga aku tidak suka. Namun begitu hidup harus tetap dijalani. Single dan mencoba happy barangkali satu-satunya cara merawat kewarasan akhir-akhir ini.
Kupikir aku akan membuat sebuah Podcast tentang ini, aku sedang malas sekali menulis, jadi aku akan bercerita di podcastku malam ini, nanti aku akan memposting linknya di bawah tulisan ini.
.
Aku pernah menulis sebuah tulisan di blog milikku satu lagi, waktu itu sempat aku posting juga di facebook, aku membuat sebuah cerita tentang bagaimana ayah dan mamak berkomunikasi di keluarga kami, perihal kehidupan mereka dan sebagainya. Sampai sekarang aku masih menyukai tulisan itu, kupikir itu adalah tulisan paling manis yang kubuat untuk kedua orangtuaku.
Ayah dan Mamak sama seperti orang tua lain, aku pikir tidak ada yang terlalu spesial dari mereka, hanya mereka berdua bisa bersekolah sampai SMA bagiku itu sesuatu privilese yang luar biasa untuk mereka tapi entah mengapa mereka hidup miskin aku juga tidak paham bagaimana mereka memangemen kehidupan keuangan mereka. Tidak terlalu miskin sekali, hanya kupikir kehidupan kami amat sangat sederhana untuk ukuran seorang anak seperti aku yang ingin bisa masuk di sekolah bagus, bisa pergi les di mana saja yang aku mau, karena aku memang suka aktif dan belajar sejak dulu, biar pun tidak terlalu suka belajar karena bagiku ketika aku tidak belajar aku setara dengan peringkat 1 -3 besar di sekolah, apalagi aku belajar. Aku ingin bersekolah di sekolah yang memiliki banyak siswa, kelasnya banyak, bersaing dengan banyak orang, yah, tapi hal-hal seperti itu barangkali tidak pernah terpikir oleh orang tuaku semasa mereka muda, mungkin mereka hanya memikirkan bagaimana mereka hidup muda seenak mereka.
Aku tidak terlalu suka membahas masalah ini, karena banyak yang kusesalkan dalam hidupku, tapi semuanya harus kumaafkan. Aku banyak sudah memaafkan hal-hal yang membuatku sakit, aku harus berdamai dengan banyak hal. Rasanya luka masa laluku tidak bisa disembuhkan dengan apa pun tapi paling tidak aku berusaha untuk mencobanya.
Aku bukan seorang pejalan yang sangat rajin bepergian, aku lebih menikmati bermalas-malasan dan membicarakan perihal hidup dengan sahabat dekat. Selebihnya jika aku harus pergi, itu karena memang aku benar-benar ingin atau karena alasan penting lain, kerjaan atau mengunjungi saudara. Aku tidak perduli dengan istilah menyimpan memori untuk masa tua, karena bagiku masa tuaku akan kuhabiskan dengan membaca, menonton, menyayangi kucing, memelihara tanaman, terlalu sibuk dan aku tidak terlalu suka bercakap-cakap dengan manusia lain selain memang beberapa sahabat yang kupilih untuk menetap di kehidupanku. Namun aku akan memilih beberapa tempat yang ingin kudatangi jika memang harus menceritakannya dalam tulisan ini, aku suka pantai atau pun pegunungan, tapi jika ditanya apakah aku akan menikmati air dan berenang di pantai, tentu saja tidak, aku hanya akan duduk melamun di tepi pantai, begitu juga dengan gunung, aku hanya pernah beberapa kali menanjak, itu pun tidak terlalu tinggi.
Jika disuruh memilih negara, kupikir aku akan memilih New Zeland, aku tidak tahu punya ingatan apa tentang negeri itu hanya saja aku pernah melihat foto dan video-video tentang negeri itu dan itu seolah tersimpan di kepalaku. Beberapa kali kucoba membaca soal beasiswa yang bisa membawaku di sana, tapi daya juangku sungguh sudah tidak sekuat dulu. Kupikir aku hanya akan lebih suka menghabiskan waktuku di rumah, dan sebaiknya mengambil S3 di kota ini saja agar tidak perlu pergi jauh.
Kau tahu aku tumbuh dengan ingatan masa kecil yang tidak menyenangkan tentang ayahku, dan itu sedikit banyak mempengaruhi tumbuhku. Aku tahu barangkali dia juga tidak tumbuh dengan ingatan masa lalu yang membahagiakan, banyak tekanan dan barangkali banyak impian yang akhirnya gagal ia wujudkan. Persoalan kehidupan pribadi dan luka masa lalunya aku tidak bisa menyembuhkan, tapi bukan berarti dia layak memperlakukan masa kecilku dengan banyak ingatan buruk yang akhirnya kubawa tumbuh bersamaku.
Barangkali anak-anak memang menyebalkan, tapi kupikir aku adalah anak yang sangat patuh, aku hanya sering pergi main ke rumah tetangga dan pulang karena sudah dipanggil, sering melewatkan makan siang saat ayah sudah di rumah dan biasanya kami akan makan bersama, ketika ayah pulang aku tidak ada maka aku akan dipanggil mamak dengan berteriak agar terdengar saat aku bermain beberapa rumah jauhnya. Kalau terlalu lama tiba maka itu menjadi bagian ayah untuk menghajarku.
Bagiku semua itu terlalu kelam, suram, muram, hanya mendung gelap yang bisa kubayangkan jika mengingat masa itu. Aku benci. Aku tidak membenci ayahku secara keseluruhan, aku hanya membenci beberapa bagian dari dirinya dan aku entah mengapa belum bisa berdamai dengan hal itu, hingga saat ini jika aku teringat atau melihat anak-anak lain diperlakukan demikian rasanya dada dan kepalaku akan terasa begitu panas dan ingin meledak, seolah aku akan melawan siapa saja yang aku bisa asal kejadian itu tidak berulang.
Menjadi orang tua tentu tidak mudah, tapi ketika kau memilih untuk menikah dan mempunyai anak atas kesadaran yang kau lakukan, baik dengan alasan patah hati atau kau terlalu pemalas untuk sanggup membiayai hidupmu sendiri atau hal lainnya, menyakiti hati anak-anak tentu saja tidak dibenarkan. Ingatan itu akan membekas dan merusak sikologisnya hingga ia dewasa. Banyak hal yang ingin kutulis tapi kupikir aku tidak baik membaginya begitu saja. Butuh pembicaraan lebih mendalam sebab semua kesuraman itu hanya akan membuatku murung berhari-hari.
Pagi yang tidak biasa hari itu di mana kuhabiskan malam dengan gelisah menunggu pagi, hari di mana aku akan menjemputmu di stasiun untuk pertama kali. Aku masih ingat kebahagiaan itu hingga detik ini, debar jantung yang tidak karuan juga senyum yang mengembang tak ingin diam. Hari itu sungguh membuatku kikuk. Hari-hari selepas hari itu aku tahu kebahagiaan seperti apa yang kuinginkan ke depan. Ingin terus bisa bersamamu membuatku berjuang memperbaiki hidupku. Saat itu aku tahu, kau adalah salah satu yang menjadi sumber paling dasar dari segala kebahagiaanku yang lain. Segala kesedihan dan kesusahan selepas bertemu denganmu sepadan dengan bagaimana aku begitu mencintaimu, dan aku tahu betul aku berurusan dengan kesakitan macam apa, semakin aku mencintaimu maka semakin sakit kurasakan hal-hal lain jika tidak seperti yang kuharapkan terjadi.
Selasa adalah ingatan sebelum tiga bulan lamanya kau tinggalkan aku sendiri di sini.
Selasa adalah tempias di pipi, resah yang tak mau pergi dan ingatan yang terulang kembali.
Selasa adalah kesedihan bernada sumbang yang terus berulang.
Selasa adalah kepergian yang tak bisa kularang.
.
Sewaktu kuliah S1 saya pernah melakukan
personality test dengan buku Personality Plus, saya mendapati diri saya seorang
Sanguin, saya lupa gabungan Sanguin dengan Koleris atau Melankolis, tapi yang
jelas Sanguin itu saya yakini memang tipe personality saya saat itu, karena
memang saya periang sekali semasa kuliah, tidak bisa diam, mempunyai banyak
kegiatan, banyak organisasi saya ikuti, seminar, bahkan saya juga pernah jadi
bagian dari BEM Universitas dan BEM Fakultas.
Segala
keceriaan itu bertahan hingga saya menyelesaikan S1, mulai kerja saya semakin
menarik diri bahkan benar-benar tidak mengikuti kegiatan apa pun lagi. Lulus
kuliah saya tahun 2009 saya hanya fokus kerja, di 2010 saya berpacaran dengan
mantan saya yang keturunan Tionghoa dan putus di tahun 2014an, tapi di tahun
2012 saya melanjutkan kuliah, selesai di tahun 2014. Semua saya lewati tanpa
kegiatan bermasyarakat yang terlalu berarti, bisa dibilang hanya mengurus diri
sendiri (bucin), di tahun 2009an itu hingga 2014 saya merasa saya
terlalu menikmati dunia lesbian saya, terlalu tenggelam begitu dalam, hingga
saya tenggelam dan tidak ada yang berhasil menarik saya ke luar dari kubangan
kebodohan saya. Setelah saya putus perlahan rasanya lembaran hidup baru pun
terbuka, saya belajar banyak hal, berdamai dengan lebih banyak hal lagi. Di
tahun 2015 saya bergabung dengan komunitas menulis dan bertemu dengan banyak
orang baik.
Tahun-tahun
panjang yang saya lewati dengan kehilangan banyak orang, baik ditinggal
selamanya oleh kedua orang tua saya atau pun sekadar ditinggal putus menjadikan
kepribadian saya berbalik 180 derajat.
Sejak itu banyak malam
saya habiskan dengan menangis tanpa sebab, segalanya terlihat begitu suram,
memandang segala hal lebih banyak dari sisi negatif dibanding positif,
mencurigai semua manusia, mengungkit luka-luka masa kecil dan segala kesedihan
lainnya. Benar-benar muram rasanya.
September 2015 saya
berpacaran dengan Al hingga saat saya menulis ini, bertemu dengan Al menguji
diri saya terutama mental. Saya berdarah dan sembuh dengan luka yang terbuka
dan terbalut sendiri. Menguji ketabahan diri dan mengurangi keegoisan diri.
Saya pikir Al adalah sebuah pelajaran sekaligus karma baik untuk saya.
~the End~
Saya mau ikutan tantangan 30 hari nulis, apakah kira-kira saya akan serajin itu untuk berkomitmen? Wait and see!
Saya buat review dikit untuk buku The Poppy War atau Perang Opium di Podcast saya, silahkan berkunjung jika berkenan.
https://www.podbean.com/eu/pb-hmaeg-ec1841
.
Saya mau share podcast ugal-ugalan saya yang tanpa persiapan dan sebagainya ini, sekadar untuk biar saya gak lupa sama isinya. Tadinya mau ngereview diketik di sini tapi saya yang malas ini berpikir sepertinya lebih santuy kalau saya ceritain aja di podcast.
Check it out:
https://www.podbean.com/ea/pb-q2ewb-e750ba
huh, berat sekali rasanya ingin menuliskan perkara ini, inner child. bertahun-tahun aku tumbuh tanpa tahu alasan mengapa, dan bagaimana semua persoalan dan sikapku bisa sedemikian rumit untuk dihadapi. semua pengalaman masa lalulah yang membentukku hingga sekarang secara psikologis. aku tidak akan panjang lebar membahas apa itu inner child karena mudah sekali untuk dibaca dan dicari tahu di internet jika tertarik.
dulu kupikir aku tidak pernah terluka, tidak pernah trauma atas apa pun karena aku selalu mampu menyelesaikan semua tugasku, kuliahku atau beban hidup lainnya dari yang sederhana hingga yang sulit, semuanya bisa kuselesaikan dengan baik dan benar. hampir tidak ada yang tidak, bahkan kalau pun itu hanya mengandalkan diri sendiri. hingga beberapa tahun aku mulai mencari tahu penyebab mengapa sudah dewasa tapi kadang aku merasa gak stabil secara emosi. semakin dicari tahu semakin dalam aku tenggelam dalam pembahasan psikologi. akhirnya aku ketemu dengan inner child.
ibarat permainan game online PUBG, damege-nya diri ini kurasa sudah parah, mau pakai medkit atau di-boosting minuman juga gak akan sembuh dan penuh lagi. ada hal yang tidak bisa diperbaiki, selamanya. seharusnya bisa dimaafkan kemudian move on, tapi sudah dicoba dan tidak hilang lukanya.
senin pagi, aku sudah di kantor, memulai pagi dengan melamun, beberapa kali melamun, kemudian tersadar, melamun lagi lalu kembali sadar. satu persatu teman kantor berdatangan, aku tidak lagi melamun, mereka sibuk mengajakku berbicara.
pagi ini lumayan dingin, sampai kantor aku sempat melepas jaketku, lalu sekarang pukul 9.17 turun hujan lumayan deras, hari juga sudah mulai gelap. aku kembali memakai jaketku sambil membuka blog ini.
aku harap rejekiku mmebalik hari ini, semua uang yang belum cair kuharap segera cair, jangan sampai aku menunda lagi keinginan untuk segera pindah. aku benar-benar sudah cukup di kontrakan sekarang. aku sudah tidak ingin lebih lama lagi ada di sana.
banyak hal yang ingin kutulis sebenarnya tapi teman kantorku sangat mengganggu karena mengajakku berbicara terus menerus.
hari ini rasanya kehidupan semakin berat, aku tidak tahu harus berbuat apa. sejak semalam aku sudah mencoba mengalihkan diri dari hal-hal yang akan membuat aku semakin mengutuki hidup. aku mencoba bertahan dalam diam, sepertinya ini akan menjadi self defense aku mulai sekarang. tidak ingin mengkonfrontasi lagi, cukup rasanya dengan banyak hal dalam hidup ini.
aku akan membiasakan diri diam. aku akan diam dengan banyak hal, tidak lagi kupersoalkan hal-hal di luar kuasaku. aku akan lebih sering mengisi blog, ini salah satu hal yang paling masuk akal dan paling bisa kulakukan untuk menjaga kewarasan selain berbicara dengan temanku. aku pikir aku juga harus tahu porsiku sebagai kawan.
aku masih terpikir untuk membeli bathup dan meletakkannya di ruang tamu. sekadar berjaga-jaga kalau-kalau suatu hari aku akan mati menua sendiri di rumah. dan kupikir salah satu tempat yang ingin kuhabiskan hidupku adalah berendam di bathup sambil menikmati lemon tea hangat mungkin atau sekadar rokok beberapa batang dengan aroma terapi di sekeliling. aku ingin menua dan bahagia, Tuhan. kupikir dulu saat kau menciptakanku kau juga pasti sudah menakdirkan kebahagiaan sesuai porsi dalam hidupku, hanya kadang aku lupa bahwa kau juga meletakkan beberapa kesedihan dalam hidup ini.
kamis adalah amarah kekasihyang tak tahu mengapacemburu terasa lebih mudahdibandingkan bertanya dan mengerti.
kamis adalah kekesalan kecilyang menumpuk dan dipupuk.kamis adalah bias kecewadari hal sederhanadanberjung mangada-ada.
kamis adalah jenuh dan sedih
yang menetap
di garis lengkung kelopak mata.
tidak ingin menetes hanya merembes,
membasahi lahan sepetak barangkali agar tak layu
kering kerontang seperti hati.
kupikir aku tidak akan menunggumu lagi untuk rencana pindah ke rumahku yang baru. perihal satu dua hal lain, kurasa bisa kuusahakan seiring berjalannya waktu. corona sepertinya belum akan pergi dalam waktu dekat. aku tidak mau kau merasa tertekan dengan harapanku bahwa kau akan pulang saat kita akan pindah.
kupikir tiga bulan waktu yang cukup lumayan bagiku untuk membiasakan diri tanpa bantuan siapa-pun di rumah, mengurus semuanya sendiri dan mengusahakan semua sendiri. aku kembali ke masa di mana aku akan mengendalikan segalanya sebaik mungkin dan mengusakan segala masalah agar selesai dengan baik.
malam ini hujan deras sekali turun di luar, aku tahu aku ketakutan, beberapa kali mengecek keadaan rumah dan halaman, aku takut air naik ke teras dan aku tidak sadar, tapi semoga tidak. kau tahu, aku sudah punya beberapa tetangga di rumah baru nanti, dan aku akan lebih bersosial nantinya. aku ingin tumbuh menjadi lebih baik dari masa-masa yang sudah lewat. ingin menua dengan damai, tidak lagi akan menyeselaikan drama-drama aneh dalam hidup ini, sebaiknya aku menyikir perlahan dari drama jenis apa pun. aku sudah terlanjur tua dan kupikir energiku harus kusalurkan untuk hal-hal yang lebih manusiawi dan bermanfaat.
aku sengaja menjauhi beberapa orang belakangan ini, kupikir aku juga malas menghadapi orang-orang ini dan kurasa begitu sebaliknya. beberapa teman dekatku selalu bertanya belakangan tentang bagaimana kabarku, atau bagaimana kulewati hariku seharian. aku tahu dia curiga dengan keadaanku, tapi aku selalu menjawab aku baik-baik saja, kupikir tidak adil selalu menyusahkan hatinya untuk selalu menampung keluh kesahku akan kehidupan.
kemarin, setelah sepuluh tahun lebih aku bekerja di tempat ini, aku memutuskan pergi nongkrong dengan beberapa teman kerja, ini hal yang sama sekali tidak pernah kulakukan. kupikir aku ingin lebih terbuka sekarang agar punya beberapa teman real yang akan membantu saat kubutuhkan atau mereka membutuhkanku nanti. teman yang satu baru pindah juga ke rumah yang baru selesai ia bangun, kupikir rumahnya lumayan nyaman, dan aku berdoa semoga dia juga bahagia dengan suami dan mertuanya.
masih ada beberapa hal yang ingin kutulis sebenarnya, tapi biarlah, nanti-nanti saja.
kau selalu sibuk mengatakan bahwa kau ingin merawat sesuatu agar tumbuh. apa yang selama ini kau rawat? aku sakit, sembuh-sembuh sendiri. bahkan saat lukaku kusembuh-sembuhkan, kubujuk-bujuk untuk berbaik sangka padamu kau selalu lagi mengulangnya terluka. kupikir kau memang berubah dalam banyak hal setelah kita berselisih paham. tidak ada satu pun yang kau rubah, karena bagimu kau maha benar. satu-satunya yang kau rawat tetap tumbuh adalah egomu. dan aku tidak akan mau terus-terusan menjadi samsak bagi egomu, bagi kemarahan-kemarahan tololmu. bagi semua ketidakcakapanmu mengurus sesuatu yang bahkan sangat sepele. bahkan akibat keteledoranmu kau harus memarahi seluruh manusia lain di semesta ini. kau pikir kau siapa? kau pikir hanya kau yang punya rasa kesal dan amarah yang selalu mengetuk-ngetuk langit? kau pikir orang lain hanya batu?
biar pun kau percaya bahwa aku batu, setidaknya aku batu yang punya perasaaan. aku tidak mau menjadi nasi basi karena setiap hari kau maki. aku tidak mau menjadi pohon layu karena kau selalu mencarut di depan mukaku. aku sudah terlalu sakit dengan semua itu bertahun-tahun. kau berjanji tidak akan begitu, tapi kau selalu begitu. kurasa aku tidak akan pernah sanggup lagi memaklumi perihal ini dan itu, terlalu banyak hingga aku muak. aku terus berusaha, terus mencoba, tapi tidak ada yang berubah, kau tetap sama.
hidup berupa potongan-potongan kekecewaan, patah hati yang berulang, juga cinta yang tidak kesampaian. harapan satu-satunya yang membuat ingin hidup walau sering juga menjadi yang paling mematikan.
sudah hampir dua bulan saya melakukan work from home karena covid19 yang mulai menyerang sejak Maret kemarin dan mulai menghebohkan, padahal sebelum itu di beberapa negara sudah duluan mendapati pasien positif corona, tapi yah, tahu sendiri abagaimana pemerintah dan masyarakat negeri ini lambat tanggap terhadap segala musibah.
kehidupan normal saya tertanggu, segala kegiatan yang mengharuskan ke luar rumah menjadi di dalam rumah, pekerjaan, makan minum, juga nongkrong di warung kopi. jika ada perubahan yang terjadi pada kehidupan kita secara drastis tentu sangat mempengaruhi kegitan lainya dan juga kondisi fisik dan psikis. tubuh tentu merasa letih karena tidak nyaman, bosan, hingga migrain yang berkepanjangan. sedangkan psikis di awal-awal minggu sangat mengkhawatirkan, saya bahkan sampai menginisiasi sebuah zoom meeting dengan beberapa pemateri dan kawan-kawan komunitas tentang beratnya menghadapi segala kondisi baru yang mengejutkan semua orang tentu saja.
berat memang tapi semuanya harus dilalui, kadang kita butuh teman sekadar untuk saling menguatkan.
mencintai dan dicintai memang perihal waktu. menunggu giliran mana yang datang duluan mana yang kemudian. pernah aku merasa disia-siakan, lalu aku meminta Tuhan menjauhkannya. hatiku lemah prihal ini, namun kadang juga terlalu keras untuk beberapa hal tolol dalam hidupku. menemukan seseorang lalu kehilangan. esok menemukan sosok lain barangkali juga akan hilang selepasnya. biarpun doa-doa malamku tak pernah menginginkan perpisahan.
malam ini kupikir selepas segala perih yang kulewati belakangan. perlahan lukaku membaik, kuharap sembuh. aku ingin menjadi lebih baik, lebih bahagia, lebih matang dan bijaksana.
beberapa hal menggantung akan kuselesaikan, kupilih mana prioritas, dan memang saat ini yang menjadi prioritasku di tahun ini harus bahagia. kupikir toxic dalam hidupku harus kubuang. aku berjanji pada diriku malam ini, aku akan lebih baik, secara emotional dan financial. aku ingin punya hal-hal yang kutunda demi hal lainnya. sudah saatnya bangkit dari keterpurukan. jika akhirnya esok aku terpuruk lagi kuharap bukan di lubang dungu yang sama.
hidup harus berjalan, kehidupan terus berlanjut.dan aku harus bahagia.
aku adalah sisipan dalam sebuah cerita panjang yang kau toreh pada dinding-dinding tembokmu. sepotong sajak yang berhenti kau tulis sebab lupa di mana rimanya. secangkir kopi yang berhenti kau sesap sebab kau pikir sudah sampai ke dasar bersisa ampas.
aku kitab yang kau sembunyikan di balik tumpukan buku-buku dongeng yang kau pajang di depan mata. aku adalah resah yang terkenang dan tak bisa kau lawan. aku adalah hantu bagi hatimu yang mecoba mati suri namun terjebak dan sukar kembali.
aku akan menjadi sekelebat bayang yang kau lewati saat seseorang mengisi waktumu setiap hari. aku ada dan kau bisa merasa. tapi aku bukan siapa-siapa.
tahun ini banyak sekali hal baik yang aku temui, selain hubungan percintaan yang sangat baik, keluarga, juga pekerjaan dan finansial. berkah...